Penghargaan ini sangat besar artinya bagi Wukirsari sendiri dan Bantul agar tidak hanya sekadar dilestarikan tetapi Wukirsari akan semakin percaya diri sehingga lebih termotivasi, terdorong untuk meningkatkan karya ciptanya.
"Semoga pak lurah bisa membuat program-program yang menguatkan Wukirsari sebagai Kawasan Karya Cipta,” imbuh Halim menerangkan.
Sementara Lurah Wukirsari, Susilo Hapsoro, menyampaikan pengakuan KKC Wukirsari tidak lepas dari konsistensi masyarakat dalam melestarikan budaya membatik di tiga padukuhan yakni Cengkehan, Giriloyo dan Karangkulon.
Ketiganya berada di wilayah Wukirsari yang dikenal aktif mempertahankan nilai-nilai budaya sejak era Sultan Agung.
“Budaya membatik ini sudah ada sejak Sultan Agung membangun makam raja-raja Mataram di Imogiri. Hingga kini, pembatik aktif di wilayah kami berjumlah 643 orang,” jelas Susilo.
Baca Juga: Gaji Hakim Naik hingga 280 Persen, Terbesar Sepanjang Sejarah
Pada tahun 2023 lalu, kawasan ini juga berhasil mencetak prestasi dengan meraih rekor MURI sebagai kawasan wisata dengan jumlah pembatik terbanyak.
Keberhasilan ini sekaligus menjadi pendorong semangat warga untuk terus mempertahankan identitas budaya mereka.
Lebih dari sekadar pelestarian budaya, kegiatan membatik di Wukirsari juga telah berkembang menjadi edu-wisata.
Baca Juga: China Terapkan Bebas Visa Untuk 55 Negara Termasuk Indonesia Saat AS Larang Imigran Masuk Wilayahnya
Wisatawan dapat belajar langsung proses membatik bersama para pengrajin, yang memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi lokal.
Selanjutnya tahun 2024 Wukirsari dinobatkan sebagai Desa Wisata Terbaik Dunia.
Ini menunjukkan bahwa dengan menjaga budaya lokal dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tak hanya batik, Kalurahan Wukirsari juga memiliki potensi besar dalam bidang tatah sungging, seni menghias wayang kulit yang masih lestari hingga kini.