Rintis Ndalem Maggot Sawo, Warga Cokrodiningratan Yogya Ini Mampu Olah 15 Ton Sampah Organik Per Bulan

photo author
- Senin, 15 Juli 2024 | 08:30 WIB
 Pengelolaan sampah mandiri di RW 04 Kelurahan Cokrodiningratan, Kemantren Jetis, Kota Yogyakarta.  (Foto: Humas Pemkot Yogya)
Pengelolaan sampah mandiri di RW 04 Kelurahan Cokrodiningratan, Kemantren Jetis, Kota Yogyakarta. (Foto: Humas Pemkot Yogya)

HARIAN MERAPI - Salah satu warga RW 04 Kelurahan Cokrodiningratan, Kemantren Jetis, Kota Yogyakarta, Debu Agung, berinisiatif membuat rumah pengelolaan sampah organik yang dinamakan Ndalem Maggot Sawo.

Agung memanfaatkan halaman rumah milik sang kakek yang terbengkalai kemudian digunakan untuk mengolah sampahnya dengan menggunakan maggot.

"Awalnya saya belajar dari internet dan media sosial. Lalu kami beranikan diri untuk mencoba mengolah sampah dengan cara budidaya maggot," kata Agung, Kamis (11/7) lalu.

Baca Juga: Ini Jadwal Pembuangan Sampah di Depo-depo yang Diterapkan Pemkot Yogyakarta, Rabu dan Minggu Libur Lur!

Seiring berjalannya waktu, budi daya maggot yang dikelolanya ini mampu mengolah hingga 15 ton sampah organik per bulan. Selain menerima sampah organik dari warga sekitar, ia juga mendapat kiriman sampah organik dari pasar-pasar di Kota Yogya.

“Awal mulanya 100 kg sampah per hari. Kemudian dari DLH Kota Yogya dibantu 50 kg, besoknya dibantu lagi 250 kg. Seiring berjalannya waktu alhamdulillah sehari bisa 500 kg. Berarti sebulan kita bisa mengolah sampah sebanyak 15 ton," terangnya.

Dalam proses budidaya maggot, Agung lebih dulu menampung sampah organik warga. Kemudian sampah tersebut harus dicacah, serta dihaluskan, agar mudah diserap oleh maggot yang sudah ditempatkan di ruangan khusus.

Baca Juga: Gumuk Pasir Parangtritis, Geopark Jogja yang memiliki keunikan berupa bulan sabit terbalik

"Dicacah ini untuk mempercepat maggot memakan sampah organik. Sampah organik yang telah terkumpul lalu diolah menjadi kompos kasgot dengan bantuan maggot dari Black Soldier Fly (BSF) yang kami ternakkan," jelasnya.

Menurutnya, hasil dari pengelolaan sampah organik dengan metode maggot tersebut dapat memberikan banyak nilai tambah. Karena selain mampu memakan dan mengurai sampah organik, maggot juga bisa dijadikan untuk pakan unggas atau ikan.

Agung juga telah melakukan eksperimen dengan mengurangi pelet saat memberi makan ayam dan diganti menggunakan maggot dengan perbandingan 70 persen maggot dan 30 persen pelet. Hasilnya, ayam yang diberi makan dengan komposisi maggot lebih banyak, ayam tersebut lebih cepat gemuk.

Baca Juga: Hasil Operasi di TKP Senopati Yogyakarta, Masih Ditemukan KIR Bus Pariwisata Mati

"Bahkan lele yang kami beri makan maggot dagingnya lebih keset dan lebih gurih. Jadi sementara maggot ini belum kita jual, masih kita pakai sendiri," imbuhnya.

Upaya Agung dan keluarganya dalam mengelola sampah mendapat apresiasi dari Penjabat Wali Kota Yogya, Sugeng Purwanto. Menurut Sugeng, keberadaan Ndalem Maggot Sawo merupakan salah satu alternatif untuk pengolahan sampah organik. Selain itu juga dapat memotivasi masyarakat Kota Yogya untuk dapat mengolah sampahnya secara mandiri dan dapat dijadikan sesuatu yang bermanfaat.

"Ini sangat luar biasa karena bisa menjadi alternatif dan menjadi percontohan untuk warga lainnya untuk mengolah sampah organik dengan cara maggot," kata Sugeng. *

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X