HARIAN MERAPI – Suatu penelitian menyebutkan, bahwa 60 persen total sampah di Indonesia merupakan sampah organik.
Ketika sampah organik menumpuk, membusuk ataupun tidak diolah dengan baik, misalnya di TPA, maka akan menghasilkan gas metana.
Dengan kata lain, berkontribusi pada pemanasan global, kerusakan ekosistem, dan perubahan iklim. Sehingga, suatu langkah bijaksana jika sampah organik diproses menjadi produk- produk bermanfaat.
Baca Juga: Lulusan UGM Mencapai Lebih dari 375 Ribu Orang, Rektor Ova Emilia Sebut Nama Presiden Jokowi
Sebagai contoh, sampah organik diproses menjadi eco enzyme dan pupuk organik cair (POC). Eco enzyme sendiri dikenal memiliki banyak fungsi, misalnyai sebagai pestisida/pupuk alami hingga pembersih lantai.
Beberapa alasan tersebut memotivasi tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa)Himpunan Mahasiswa Studi Akutansi(HIMATA) Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) menggelar pelatihan membuat eco enzyme.
Pelaksanaan pelatihan di Padukuhan Grogol X, Parangtritis Kretek Bantul dan diikuti perwakilan warga setempat sebanyak 17 orang, baru-baru ini. Bahkan dirangkai pula pelatihan membuat POC.
Baca Juga: Gara-gara Promosikan Judi Online, Dua Selebgram Bandung Ditangkap Polisi
Menurut Bagas Darmawan sebagai salah satu anggota tim PPK Ormawa HIMATA sekaligus sebagai pemateri pelatihan menjelaskan, sampah organik dapat dijadikan bahan baku pembuatan eco enzyme dengan proses tak rumit.
“Eco enzyme merupakan produk organik yang bisa dibuat sendiri di rumah dari sisa buah dan sayuran,” ungkapnya.
Tahapan membuat eco enzyme, lanjut Bagas, yaitu diawali dengan memilah sampah yang dapat dijadikan eco-enzyme. Misalnya menggunakan sampah dapur seperti sayur dan kulit buah.
Masih ditambah pula, molase sebagai sumber energi bagi mikroorganisme selama proses fermentasi. Bahan baku sampah organik tersebut dipilah, dicuci bersih dan ditimbang.
Baca Juga: Agnez Mo Meriahkan Pembukaan FIBA World Cup 2023
Lalu proses pencampuran bahan sesuai takaran. Selanjutnya eco enzyme dimasukan tempat kedap udar, tiga bulan kemudian dapat dimanfaatkan.