harianmerapi.com - Kisah perlawanan Karaeng Galesong. Kala itu Karaeng Galesong menunggu malam menjadi larut.
Bersama dengan rembulan di langit yang memancarkan sinar terang mereka keluar dari dalam hutan, senjata-senjata mereka terhunus.
Dengan mengendap-endap mereka melangkah sabar mendekati Alun-alun dimana para Pajurit Mataram tengah tertidur lelap dengan senjata-senjata yang tergeletak di dekatnya.
Demikianlah, orang-orang Karaeng Galesong itu segera megamuk membunuh prajurit-prajurit Mataram yang tertidur pulas.
Ribuan jumlah prajurit Mataram yang mati jadi korban keganasan Karaeng Galesong dan pengikutnya, darah membanjir di alun-alun
dan bau anyirnya mengundang puluhan burung Gagak yang terbang berkitar-kitar di langit pagi yang cerah.
Pagi itu Panji Karsula dan beberapa pemimpin Mataram kecewa, mereka tak habis pikir dengan peristiwa ini.
Kenapa hal yang umumnya ditidakmungkinkan terjadi kok justru malah tiba-tiba menjelma menjadi kenyataan yang amat memilukan?
Baca Juga: Perlawanan Karaeng Galesong 2: Buton Diduduki Belanda, Membawa 2000 Prajurit Menyeberang ke Jawa
Jelas ini sebuah kebodohan yang harus aku bayar mahal, Panji Karsula judheg.
Mendadak hatinya gemetar ketledorannya pasti akan berbuah pidana pati dari Kanjeng Sultan.
Kematian itu memang akan terjadi pada setiap manusia, tetapi membayangkan pidana pati yang mesti diterimanya dari Kanjeng Sultan sungguh sangat mengerikan.
Dia bakal dipenggal lehernya dan kepalanya jatuh menggulundung di tanah berdebu.
Maka diputuskanlah untuk diam-diam meninggalkan prajurit-prajuritnya, Panji Karsula melarikan diri.