harianmerapi.com - Kisah perlawanan Karaeng Galesong. Setelah menembakkan peluru merim ke kapal VOC Belanda, Karaeng Galesong dan bala prajuritnya tertawa-tawa kegirangan.
Dengan beberapa puluh bedil dan sebuah meriam hasil rampasannya mereka merasa semakin kuat.
Sebelum Kompeni menyusul ke Jawa orang-orang Makasar itu terlebih dahulu akan menaklukkan beberapa bupati dan adipati-adipati di daerah pesisir utara Jawa untuk direkrut menjadi bala prajurit mereka.
"Inilah pembalasan kita atas kematian Daeng Manggapa, Daeng Mamu, dan Daeng Massuro yang dibunuh Belanda”, kata Panji Karonuban.
Sambil tersenyum senang dan sebentar-sebentar mengelus kumisnya Karaeng Galesong berkata, “Nanti jika kita sampai di Jawa, yang pertama kali kita tundukkan Bupati Demung dan Bupati Pejarakan!”
“Maksudmu?”.
“Aku sudah mendengar, mereka bukanlah orang-orang yang berilmu tinggi dan sakti."
"Oleh karenanya kita tundukkan lalu rakyatnya kita jadikan prajurit. Jika mereka bergabung dengan kita maka mengalahkan Belanda bukanlah hal yang sulit”.
“Hmmmm, ya ya ya itu strategi bagus!”.
Angin laut bertiup kencang, suaranya gemuruh, siat-siut terdengar menerpa layar dan tali-talinya.
Baca Juga: Perlawanan Karaeng Galesong 2: Buton Diduduki Belanda, Membawa 2000 Prajurit Menyeberang ke Jawa
Orang-orang suku Bugis Makasar itu begitu pintarnya memanfaatkan angin laut dengan membentangkan semua layar-layarnya.
Sehingga perahu itu melaju kencang didorong hembusan angin membelah gelombang samodra menuju ke daerah pesisir utara Jawa.
Karaeng Galesong mengajak semua pasukannya untuk mendarat di Pelabuhan Demung (sekarang Besuki) untuk menghindari bentrok dengan para prajurit Mataram.