harianmerapi.com - Kisah perlawanan Karaeng Galesong. Suara jeritan bersautan terdengar di segala penjuru lantaran banyak perempuan muda dan gadis-gadis dengan pakaian yang sudah menjadi awut-awutan diseret dibawa ke dalam perahu.
Untuk apa wanita-wanita dan gadis-gadis cantik dengan pakian awut-awutan itu itu diseret dibawa ke dalam perahu oleh orang-orang Karaeng Galesong yang beringas dan kasar?
Dalam Babad Tanah Jawi yang disusun oleh WL Olthof di Belanda th 1941 tidak disebutkan secara rinci, hanya dikatakan mereka itu menjerit-jerit dan menangis.
Sedangkan orang-orang Karaeng Galesong tertawa-tawa kesenengan mirip seekor Kucing dewasa mempermainkan anak tikus betina hasil tangkapannya.
Kekejaman yang dilakukan oleh Karaeng Galesong ini mendorong seseorang untuk segera melaporkan kejadian geger di Demung tadi kepada Kanjeng Sultan di Mataram.
“Kanjeng Sultan, kedatangan hamba mau unjuk atur”, kata orang itu.
“Apa yang akan kau unjukaturkan?”, jawab Kanjeng Sultan balik bertanya.
Baca Juga: Perlawanan Karaeng Galesong 2: Buton Diduduki Belanda, Membawa 2000 Prajurit Menyeberang ke Jawa
“Kanjeng Sultan, Demung dan Pejarakan sekarang geger. Karena ulah nekad dari Karaeng Galesong dan para mantan pasukan Kasultanan Goa, Makasar yang melarikan diri kemari”.
“Lho? Edan banget Karaeng Galesong itu? Kenapa dia jadi menyerang kita? Sekarang ingsun harus bertindak jangan sampai kelakuan mereka itu menjadi-jadi”.
“Ya. Itulah harapan kami, Kanjeng Sultan”.
Sepeninggal kawula yang melapor tadi Kanjeng Sultan berpikir sejenak, lalu beliau memanggil Adipati Martalaya.
Baca Juga: Perlawanan Karaeng Galesong 3: Merampas Senjata dan Meriam dari Kapal Perang Belanda
“Martalaya, seperti janji prasetiamu yang kamu ucapkan beberapa waktu yang lalu. Bukankah kamu sanggup menaklukkan orang-orang Bang Wetan termasuk Trunajaya?”
“Betul, Kanjeng Sultan”, jawab Adipati Martalaya mantab.