harianmerapi.com - Saat ini wujud perahunya sudah tidak ada. Yang tinggal hanyalah canthik Kyai Rajamala saja, yang masih tersimpan di Museum Radyapustaka Keraton Surakarta Hadiningrat.
Konon dipercaya canthik Kyai Rajamala menyimpan energi magis, maka setiap kurun waktu tertentu harus disyarati. Kalau tidak dari canthik Kyai Rajamala ini, akan mengeluarkan aroma bau yang tidak enak amis. Bagaimana kisahnya?
Dalam Babad Tanah Jawi diceriterakan, bahwa versi lain menyebut perahu Kyai Rajamala dibuat untuk meminang Putri Adipati Cakraningrat untuk pendamping putra mahkota Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom.
Baca Juga: Marah Sumber Keburukan Seseorang, Berikut Ini Enam Langkah Praktis untuk Manajemen Kemarahan Diri
Sinuhun Paku Buwono lV sebelumnya mendapat hadiah sebuah perahu besar dari Daendels berhiaskan seorang putri pada kepala perahu, untuk itu sinuhun ingin membuat perahu yang lebih besar dan istimewa.
Perahu tersebut akan digunakan untuk meminang puteri Adipati Cakraningrat, sebagai pendamping putera mahkota.
Kayu yang digunakan untuk membuat perahu, diambil kayu jati pilihan berasal dari hutan Danalaya. Jadilah perahu besar dan kuat, bisa menampung banyak penumpang termasuk penari Srimpi Ludira Madu.
Untuk kepala perahu canthik adalah arca Rajamala, yakni raksasa yang dibunuh oleh Jagal Abilawa dalam kisah Wiratha Parwa serat Mahabarata.
Tampilan arca Rajamala dengan mata melotot, wajah merah, gigi menyeringai, rambut gimbal, menggambarkan sedang menggeram panjang di aliran Bengawan Solo hingga Laut Jawa.
Nah, dengan perahu besar canthik Kyai Rajamala, diharapkan perjalanan sari Surakarta menuju Madura aman tidak terjadi suatu apa.
Konon pembuatan canthik Kyai Rajamala dengan berbagai ritual, dan dijadikan sebagai perahu kerajaan.
Perahu canthik Kyai Rajamala itu menjadi salah satu kebanggaan keraton Surakarta Hadiningrat, hingga pemerintahan Sinuhun Paku Buwono VII masih sering digunakan untuk kepentingan khusus para raja.
Baca Juga: Cerita Hidayah, Lalai dalam Hal Waktu Maka Rezeki yang Sudah di Depan Mata pun Menjauh
Yang tidak pernah ketinggalan bahkan ditradisikan, setiap raja dan kerabat nayakapraja menaiki perahu Rajamala selalu melagukan tembang yang bunyinya antara lain begini, Jamala, jamala sikile sewu.... dan seterusnya. (Ditulis Ki Sabdo Dadi)