harianmerapi.com - Cerita hidayah pemimpin yang Zalim, aksi massa yang membakar habis tempat tinggalnya dengan cepat sampai ke telinga Salendro.
Ia hanya bisa menghela nafas panjang. Pikirannya semakin gelap menghadapi kenyataan yang ada yang sama sekali tak ia duga.
Semua berada di luar kendali. Ia sebenarnya sudah menanam orang-orang kepercayaan untuk melihat dan menjaga kondisi warga agar tetap terkendali.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 1: Kepala Desa Meninggal Mendadak secara Misterius, Warga pun Geger dan Heboh
Namun dengan adanya kasus kematian Sunti yang tak diduga, maka semua rencana menjadi buyar.
Salendro pun hanya bisa duduk lemas sambil memegang dahi. Ia tak habis pikir, mengaoa nasibnya dengan cepat bisa berubah sangat mengenaskan.
Ia tak bisa membayangkan, bagaimana kondisi anak-anaknya saat ini. Meski dari kabar terakhir disebutkan mereka semua sudah berhasil diungsikan di tempat aman, namun tetap saja hatinya tidak tenang.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 2: Suara Pro dan Kontra Muncul Setelah Kepada Desa Meninggal Mendadak
Soal rumah yang sudah luluh lantak rata dengan tanah, mungkin masih bisa ia abaikan.
Harta bisa dicari lagi, namun soal anak, Salendro sangat terpukul dan membuat pikirannya tidak bisa tenang. Ia pun jadi ingat dosa yang telah di lakukannya selama ini.
"Mungkin ini karena dosa-dosa yang telah saya lakukan selama ini," batin Salendro, yang lantas terbayang kembali berbagai perbuatannya di masa silam.
Diakuinya selama menjabat sebagai Kepala Desa, telah mengambil kebijakan yang banyak merugikan masyarakat.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 3: Warga Memilih Calon Pemimpin Baru, Muncul Nama-nama sebagai Jago
Seperti tanah kas yang selama ini ditempati warga banyak yang diserobotnya demi kepentingan protyek yang menguntungkan dirinya secara pribadi.
Semua itu sering ia lakukan karena adanya dorongan dari Sunti, yang ternyata tanpa sepengetahuan Salendro merupakan kaki tangan Jimat.