harianmerapi.com - Dalam kisah pengembaraan spiritual Sultan Agung diceritakan upaya Pangeran Purbaya untuk mencegah serangan Kasultanan Palembang ke Mataram.
Ki Patih kasultanan Palembang terbeliak melihat kehebatan yang ditunjukkan Pangeran Purbaya.
Orang Mataram ini sakti apa sekadar tukang sihir yang sengaja memamerkan kepintarannya?
“Hai, para prajurit. Tangkap orang ini, ikat tangannya, jika melawan bunuh saja!” perintah Ki Patih dengan lantangnya.
Sebelum orang-orang itu bertindak Pangeran Purbaya mengambil sebuah meriam peok yang dipijit-pijit untuk dijadikan tongkat besi sebagai senjatanya,
“Hai, prajurit Palembang. Karena aku tidak bersalah maka jika kalian tangkap aku akan melawan."
"Nih, meriammu yang telah kujadikan tongkat besi! Majulah jika kalian ingin mati satu persatu kusabet dengan tongkat besi”, kata Pangeran Purbaya tidak kalah lantangnya dengan suara Ki Patih Palembang tadi.
Baca Juga: Pengembaraan Spiritual Sultan Agung 2: Meloncat dari Puncak Gunung Merapi ke Puncak Gunung Mahameru
Ki Patih Palembang segera mendekat, “Sebut siapa sebenarnya kamu, orang Mataram?”
“Aku adalah pepatih dalem Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Kerajaan Mataram. Namaku Panembahan Purbaya”.
“Huh, pantes!”, gerutu Ki Patih Palembang.
“Apanya yang pantes?”.
“Di mana-mana orang Mataram memang suka membuat kerusakan”.
“Sebenarnya aku tidak sengaja membuat kerusakan ini. Hanya karena aku akan ditangkap padahal aku merasa tidak bersalah akibatnya ya kerusakan ini."