harianmerapi.com - Cerita hidayah Pemimpin yang Zalim, Bu Restu harus dirawat di rumah oleh suami sendiri agar mempercepat kesmebuhannya.
Namun sejak awal Salendro kurang sreg jika istrinya dirawat di rumah, karena dipikirnya hanya akan merepotkan dirinya.
Dari ucapan memang tidak keluar kata-kata yang menyakitkan di depan Bu Restu. Namun dari sikap yang ditunjukkan, Bu Restu bisa mengerti kalau suaminya sedang bersandiwara.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 1: Kepala Desa Meninggal Mendadak secara Misterius, Warga pun Geger dan Heboh
Hal ini membuat hati Bu Restu makin tersiksa, sehingga memperparah kondisi fisiknya. Hari demi hari, dilalui terasa berat oleh Bu Restu karena kurangnya kasih sayang yang diberikan suaminya.
Semangat untuk hidup pun sudah tidak ada, karena memang tidak pernah ada yang memberi dorongan mental.
Salendro memang masih sering menemui istrinya di tempat pembaringanya. namun semua dilakukan tak lebih sekadar basa-basi.
Terlebih lagi saat ada teman, saudara atau rekanan lainnya yang datang menjenguk Bu Restu. Kata-kata manis baru muncul dari mulut Salendro.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 2: Suara Pro dan Kontra Muncul Setelah Kepada Desa Meninggal Mendadak
Sandiwara yang ditunjukkan Salendro ini makin memperparah kesehatan Bu Restu karena merasa dirinya hanya jadi bahan permainan saja.
Dalam perawatan sehari-hari, Salendro memang sudah menyediakan seorang perawat yang selalu menjaga Bu Restu,
Namun di mata Bu Restu, hal itu dilakukan suaminya tak lebih hanya karena ia tak ingin dibuat repot.
Keinginan Bu Restu sebenarnya adalah perhatian dengan sepenuh hati dari suaminya, Tapi yang didapat setiap hari hanya sandiwara dan basa-basi belaka demi menjaga martabat sebagai kepala desa.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 3: Warga Memilih Calon Pemimpin Baru, Muncul Nama-nama sebagai Jago
Adanya orang ketiga juga diketahui Bu Restu, sehingga dalam pikiranya sudah tidak ada harapan lagi bagi dirinya,