Tidak Ada Mantan Anak 12: Cobaan Hidup Datang Beruntun, Kehilangan Harta Kekayaan dan Ibu Tercinta

photo author
- Selasa, 7 Desember 2021 | 07:30 WIB
Tinuk kini hidup sebatang kara tanpa kekayaan dan ibu.         (Ilustrasi Sibhe)
Tinuk kini hidup sebatang kara tanpa kekayaan dan ibu. (Ilustrasi Sibhe)

harianmerapi.com - Kini nasib Tinuk harus menghadapi cobaan hidup yang datang secara beruntun. Semua harta kekayaan barang-barang yang dibelikan Warno untuk mengisi rumah, ternyata dibeli secara kredit.

Tagihan pun mengalir datang ke rumah, sementara praktis tak ada pemasukan lagi yang bisa diharapkan.

Barang-barang yang masih belum lunas, dibiarkan saja diambil oleh para penagih utang. Sementara barang yang sudah lunas, terpaksa dijual untuk menutup kebutuhan sehari-hari.

Baca Juga: Tidak Ada Mantan Anak 1: Menyimpan Dendam karena Ditinggal Ayah Sejak Bayi

Betapa malunya Tinuk, karena kemewahan yang dialaminya selama ini hanya semu belaka. Bahkan sekarang lenyap dalam hitungan beberapa hari saja. Mau tidak mau, Tinuk harus menjalani kehidupan seperti sebelumnya. Berjualan jamu keliling.

Ada beberapa pelanggan lama yang masih setia, dan bersedia membeli lagi jamu Mbak Tinuk secara rutin setiap hari.

Namun ada pula yang ternyata sudah memiliki langganan bakul jamu lain. Tinuk pun harus berjuang lagi untuk mendapatkan konsumen yang baru.

Baca Juga: Cerita Horor Sebuah Gedung Sekolah, Sering Tercium Bau Wangi dan Tiga Orang Meninggal di Ruang Pojok Kantor

Saat tengah mencoba untuk bangkit, lagi-lagi kenyataan pahit harus dialami Tinuk. Bu Barjo yang memang kondisinya sudah sangat lemah, akhirnya menutup mata untuk selama-lamanya.

Ibu tercinta kini sudah tiada. Rasanya sudah habis air mata Tinuk, sehingga janda kembang ini sudah tak sanggup lagi untuk menangis.

Sekarang tidak ada siapa-siapa lagi yang ia miliki. Hidup sebatang kara, tanpa suami, tanpa orang tua dan tanpa anak pula.

Baca Juga: Tiga Saudara Bernama Desy Ratnasari dan Pengin Cucu Laki-laki untuk Diajak Ngarit

Sedih menyaksikan pelayat yang datang juga hanya sedikit. Warga tetangga kiri kanan saja, yang kehidupan bermasyarakatnya di pedesaan memang masih sangat kental. Hanya itulah hiburan yang didapat Tinuk, karena kehadiran tetangga dekat sangat-sangat meringankan beban yang ditanggungnya.

Para tetangga juga menyadari, kondisi Tinuk yang sebatang kara butuh bantuan dari mereka. Sehingga semua keperluan untuk upacara pemakaman almarhumah Bu Barjo, sudah dipenuhi oleh pengurus kampung setempat.

Namun di saat semuanya sudah selesai, maka kesepian yang mendalam dirasakan Tinuk. Tidak ada lagi orang yang bisa diajak bicara.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X