harianmerapi.com - Kini nasib Tinuk harus menghadapi cobaan hidup yang datang secara beruntun. Semua harta kekayaan barang-barang yang dibelikan Warno untuk mengisi rumah, ternyata dibeli secara kredit.
Tagihan pun mengalir datang ke rumah, sementara praktis tak ada pemasukan lagi yang bisa diharapkan.
Barang-barang yang masih belum lunas, dibiarkan saja diambil oleh para penagih utang. Sementara barang yang sudah lunas, terpaksa dijual untuk menutup kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga: Tidak Ada Mantan Anak 1: Menyimpan Dendam karena Ditinggal Ayah Sejak Bayi
Betapa malunya Tinuk, karena kemewahan yang dialaminya selama ini hanya semu belaka. Bahkan sekarang lenyap dalam hitungan beberapa hari saja. Mau tidak mau, Tinuk harus menjalani kehidupan seperti sebelumnya. Berjualan jamu keliling.
Ada beberapa pelanggan lama yang masih setia, dan bersedia membeli lagi jamu Mbak Tinuk secara rutin setiap hari.
Namun ada pula yang ternyata sudah memiliki langganan bakul jamu lain. Tinuk pun harus berjuang lagi untuk mendapatkan konsumen yang baru.
Saat tengah mencoba untuk bangkit, lagi-lagi kenyataan pahit harus dialami Tinuk. Bu Barjo yang memang kondisinya sudah sangat lemah, akhirnya menutup mata untuk selama-lamanya.
Ibu tercinta kini sudah tiada. Rasanya sudah habis air mata Tinuk, sehingga janda kembang ini sudah tak sanggup lagi untuk menangis.
Artikel Terkait
Tidak Ada Mantan Anak 7: Ayah Meninggal, Anak Hanya Lulus SMP dan Harus Jadi Penjual Jamu Gendong
Tidak Ada Mantan Anak 8: Jamu Gendong Jeng Tinuk Terkenal, Pak Mandor Pekerja Bangunan pun Jadi Terpikat
Tidak Ada Mantan Anak 9: Desakan Ekonomi Menerima Pinangan Pak Mandor yang Seusia Ayahnya
Tidak Ada Mantan Anak 10: Hidup Bahagia Serba Kecukupan Ternyata Hanya Menjadi Istri Simpanan
Tidak Ada Mantan Anak 11: Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah Hanya Impian Belaka