Baca Juga: Enam Sikap Muslim yang Harus Dilakukan Terhadap Al Quran
"Seandainya bapak tidak tergoda wanita lain dan saya juga tidak main gila dan Joko, mungkin nasib saya tak seperti ini. Tapi ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur," kata Bu Barjo dalam hati.
Kini yang dipikirkannya hanyalah masa depan Tinuk. Ia agak cemas dengan sifat putri semata wayangnya itu, yang sepertinya belum bisa menerima kenyataan menjadi orang tidak berpunya.
Sedikit demi sedikit uang hasil penjualan jamu ia sisihkan untuk ditabung, sebagai persiapan biaya pendidikan Tinuk. Tapi rasanya uang itu sulit terkumpul, karena sebentar-sebentar Tinuk minta dibelikan ini dibelikan itu. (Bersambung) *