harianmerapi.com - Tak terasa air mata menetes membasahi pipi Bonikem. Pikirannya melayang ke masa silam, mengingat saat-saat dirinya mengalami cobaan secara beruntun.
Rentetan penderitaan yang ia alami memang kini sudah berujung kebahagiaan dengan kesuksesan Jiman meraih bea siswa. Namun masa lalu tetap saja membayangi pikiran.
Saat Jiman menginjak usia lima bulan, Jumanto lenyap bak ditelan bumi. Suaminya itu rupanya telah tergila-gila dengan Tinuk, janda kembang yang belum lama dikenalnya.
Baca Juga: Misteri Sosok Perempuan Mirip Ibu yang Mengenakan Mukena di Kamar
Seorang ayah mestinya merasa senang memiliki putra pertama yang baru lahir. Tapi lain dengan Jumanto, yang sejak kelahiran Jiman sudah tidak memiliki perhatian. Semua itu dikarenakan adanya orang ketiga, yang tak lain adalah Tinuk.
Puncaknya ketika Jumanto memutuskan pergi meninggalkan Bonikem dan Jiman tanpa pamit. Pagi hari saat Bonikem bangun, suaminya sudah tidak ada di tempat tidur.
Dicari-cari tidak ketemu, bahkan semua pakaian yang dimiliki ikut lenyap. Begitu pula dengan satu-satunya perhiasan milik Bonikem, sebuah cincin mas kawin pernikahannya, sudah raib dari tempatnya di lemari.
Baca Juga: Lima Ujian yang Dihadapi Hidup Orang Beriman
Bonikem tak menduga jika suaminya tega berbuat senekat itu. Beberapa hari belakangan, ia memang mendengar suara tetangga, yang membicarakan kelakuan suaminya itu.
Namun Bonikem kurang menanggapi, karena ia tidak percaya Jumanto akan berbuat neko-neko saat anaknya masih sangat kecil.
Bonikem mencoba tabah menghadapi kenyataan, sambil berharap suatu hari Jumanto sadar dan pulang kembali ke rumah.
Baca Juga: Kena Batu Akibat Mokel di Bulan Puasa dan Mengobati Sakit Gigi dengan Cengkih
Namun tidak demikian halnya dengan Mbah Arjo. Kelakuan menantunya itu membuat tubuhnya yang sudah renta menjadi sakit-sakitan.
Ia memikirkan anak dan cucunya yang jadi telantar tak terurus. Mbah Arjo juga merasa ikut bersalah, karena dirinya yang memaksa agar Jumanto segera menikahi Bonikem. Tapi ternyata laki-laki itu punya watak pengecut dan tidak tanggung jawab pada keluarga.
"Yang sabar yang nduk. Simbok seharusnya tidak cepat-cepat menyuruhmu untuk kawin dengan Jumanto," kata Mbok Arjo mencoba menghibur hari Bonikem.
Baca Juga: Rezeki Mengalir Setelah Mengantar Perempuan Misterius Baju Putih