harianmerapi.com - Hari sudah mulai beranjak siang, namun Marjina belum juga turun dari tempat tidurnya. Lupa nggak ngurus rumah bersih-bersih rumah atau masak untuk suami dan anak.
Lupa waktu, karena masih asyik berchatting ria dengan Harjino, laki-laki yang kini sudah menjadi pria idaman lain.
"Dik, sudah siang kok masih malas-malasan sih?" tanya Berjo.
Baca Juga: Pipis di Bawah Pohon Kelengkeng, Disapa Penghuninya
Suara suaminya itu cukup mengagetkan Marjina, sehingga sampai geragapan untuk menjawabnya.
"Baru nggak enak badan nih, sebentar juga aku mandi," kata Marjina sekenanya.
"Ya sudah kalau baru nggak enak badan. Mas mau berangkat kerja dulu," kata Berjo yang merasa tidak enak untuk bicara panjang lebar dengan istrinya, karena buntutnya pasti hanya akan bertengkar.
Baca Juga: Misteri Suara 'Tulung...Tulung....' di Ujung Kampung
Padahal ingin rasanya Berjo menasihati istrinya agar tak lupa mengurus rumah, mengurus anaknya yang sampai saat ini belum juga disiapkan makan pagi.
Bahkan perut Berjo sendiri merasakan lapar, apalagi anaknya yang masih kecil.
"Berangkat ya berangkatlah, nunggu apa lagi," kata Marjina dengan ketus.
Baca Juga: Kencan dengan Pria Hidung Belang, Ternyata Usianya Sudah Lebih 200 Tahun
Sakit sekali terasa di dada Berjo, namun tak ada yang bisa ia lakukan. Istrinya semakin tak menghormati dirinya, bahkan kian hari kian meremehkan.
Seolah-olah Berjo tak ada harganya di mata Marjina. Dan perlakuan seperti itu sering dilakukan di depan sang anak.
Hal itu membuat sang anak ikut-ikutan tak menghormati lagi ayahnya. Tak pernah lagi mau cium tangan, bahkan sering keluar kata-kata yang tak sepantasnya diucapkan seorang anak kepada ayahnya.