Pernikahan yang Tak Direstui 2: Dimabuk Asmara Sampai Lupa Daratan

photo author
- Selasa, 2 November 2021 | 07:30 WIB
Saat mengadu pada ayahnya soal kehamilan pacarnya, Berjo malah mendapat kemarahan besar. (Ilustrasi Sibhe)
Saat mengadu pada ayahnya soal kehamilan pacarnya, Berjo malah mendapat kemarahan besar. (Ilustrasi Sibhe)

harianmerapi.com - Tak ada orang yang merencanakan pernikahan hanya untuk bercerai. Begitu pula dengan Berjo, yang menikah dengan Marjina tujuh tahun silam.

Kala itu yang terbayangkan di benak Berjo adalah kehidupan rumah tangga yang rukun sampai memiliki anak dan cucu.

Angan-angannya, dirinya bisa mendapat pekerjaan mapan, sehingga mampu memberi nafkah dan penghidupan yang layah kepada istri dan anaknya.

Baca Juga: Misteri Suara 'Tulung...Tulung....' di Ujung Kampung

Tapi mengapa semua itu gagal menjadi kenyataan? Pertanyaan yang lantas dijawab sendiri oleh Berjo. "Mungkin inilah akibatnya jika pernikahan tak direstui orang tua".

Berjo pun teringat, bagaimana kisah cintanya dengan Marjina terjalin. Sebagai anak muda, kala itu memang hanya nafsu yang ada di antara keduanya.

Dimabuk asmara membuat mereka sampai lupa daratan, sehingga keterlanjuran yang membuat Marjina terlambat bulan. Padahal kala itu keduanya masih menjalani masa kuliah baru semester 4.

Baca Juga: Ulah Iseng Penggali Kubur Membawa Pulang Tulang Tengkorak

Ketika Berjo memberitahu masalah yang dihadapi kepada orang tuanya, bukan solusi yang didapat namuh malah kemarahan besar.

Orang tua Berjo berharap anaknya sukses lebih dahulu, menyelesaikan kuliah dan mencari pekerjaan. Tapi nyatanya sekarang malah datang minta untuk dinikahkan, karena telanjur menghamili pacarnya.

"Bapak tidak mau tahu. Kamu sudah bikin kecewa Bapak, sekarang selesaikan sendiri masalah yang kamu buat sendiri," kata ayah Berjo dengan tegas.

Baca Juga: Kegigihan Nyai Subang Larang 1: Kedatangan Syekh Quro ke Jawa untuk Berdakwah

Sejak itulah hubungan Berjo dengan orang tuanya terputus. Bahkan mereka tak mau menghadiri pernikahannya dengan Marjina.

Sementara orang tua Marjina terpaksa menikahkan anaknya, karena sebagai pihak perempuan tentu akan mendapat malu jika sampai si anak memiliki anak tanpa ada ayahnya.

Sebuah pernikahan yang terpaksa, sekalipun dilangsungkan dengan cukup megah karena hanya untuk menutup rasa malu keluarga saja. (Bersambung) *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X