Raden Mas Sandeyo Kiai Mlangi 11: Sampai Akhir Hayatnya Memilih Tinggal di Mlangi

photo author
- Kamis, 28 Oktober 2021 | 20:50 WIB
Mbah Kiai Nur Iman memilih tinggal di desa Mlangi (Ilustrasi Pramono Estu)
Mbah Kiai Nur Iman memilih tinggal di desa Mlangi (Ilustrasi Pramono Estu)

MASJID-MASJID yang dibangun pun dikenal dengan Masjid Kagungan Dalem atau Masjid Kasultanan, dan pengurus takmir pada saat itu termasuk abdi dalem kraton.

Para pengurus masjid adalah putra-putra Kiai Nur Imam Mlangi, Masjid Ploso Kuning di urus oleh Kiai Mursodo, Masjid babadan diurus oleh kiai Ageng Karang Besari, Masjid Dongklelan diurus oleh Kiai Hasan Besari, Masjid Mlangi diurus oleh Kiai Nur Iman Mlangi sendiri.

Perlawanan terhadap penjajah belum usai, sesuai dengan amanah Hamengku Buwono II. Putranya Hamengku Buwono III melakukan perlawanan kepada penjajah. Sikap patriotisme dan nasionalisme ini diturunkan dari ayahnya.

Beliau bernama Kanjeng Pangeran Diponogoro. Perang Diponegoro berlangsung pada tahun 1825 - 1830. Perang Diponegoro ini pun melibatkan anak cucu dari Mbah Kiai Nur Iman Mlangi. Salah satu putra Kiai Nur Iman Mlangi yang gugur dalam perang ini bernama Kiai Salim.

Baca Juga: Nasib Petualang Cinta 9: Penyesalan Selalu Datang Belakangan

Beliau wafat di desa Ndimoyo. Selanjutnya beliau terkenal dengan sebutan Kiai Sahid.

Namun, Belanda masih juga belum menyerah. Pangeran Diponegoro pun tertangkap sehingga perang Diponegoro dapat dihentikan.

Pengawalnya pun ikut tertanggap bernama Kiai Hasan Besari yang merupakan putra dari Kiai Nur Iman Mlangi. Mereka pun diasingkan ke Menado. Setelah ini usai Kompeni pun tidak berhenti melanjutka nakal licinya.

Baca Juga: Misteri Rintihan Pilu dari Pohon Jambu

Mereka memutar balikan fakta sehingga para pengikuti Pangeran Diponegoro tidak berani masuk wilayah tersebut dan akhirnya menyebar ke berbagai daerah.

Penyebaran penduduk dan keturunan dari Kiai Nur Iman Mlangi yang tidak hanya tersebar di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah saja, tetapi juga menyebar hingga ke Jawa Barat dan Jawa Timur, bahkan ada yang di luar Jawa.

Sementara itu, Mbah Kiai Nur Iman memilih tinggal di desa Mlangi sampai akhir hayatnya. Kiai Nur Iman Mlangi dimakamkan di belakang masjid.

Baca Juga: Empat Alasan Pentingnya Manajemen Waktu Agar Tidak Menjadi Orang yang Merugi

Makam tersebut kemudian terkenal dengan sebutan makan Pangeran Bei/Pesareyan Kagungan Dalem Kasultanan, bahkan gapura masuk Kompeks tersebut bercirikan Kraton.

Seperti makam para Ulama besar yang lainnya, makam Kiai Nur Iman senantiasa dikunjungi peziarah baik rombongan maupun perorangan yang berasal dari luar daerah, bahkan ada yang berasal dari luar pulau Jawa.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X