SANG Raja kemudian mengirim utusan untuk menjemput sang Pangeran kembali ke Pangeran juga meminta pada Kiai Abdullah Muhsin, agar mendidik anak tersebut sampai menguasai ilmu agama secara sempurna. Dan setelah dewasa sang anak akan dijemput untuk pulang ke Mataram Kartosuro.
Jelang berapa lama, tibalah Pangeran di Kartosuro. Pangeran langsung dinobatkan menjadi raja dengan gelar Susuhunan Amangkurat Jawi/ Amangkurat IV. Kanjeng Susuhunan Amangkuran IV memerintang kurang lebih pada 1719-1726.
Pangeran sibuk mengurus kerajaan mataram dan dirinya pun baru mengingat telah menitipkan istrinya ketika hamil kepada Kiai dan tentu bayinya kini telah dewasa.
Baca Juga: Misteri Alunan Biola di Rumah Tua yang Bikin Merinding
Sebelum dirinya meninggal, Raja Amangkurat IV menyampaikan perintah kepada punggawa Kraton untuk datang ke pendok Pesantren Gedangan dan menjemput putranya untuk datang ke Mataram Kartosuro.
Para Punggawa pun tiba di pondok Pesantren Gedangan dan menyampaikan tujuan kedatangannya kepada Kiai. Kiai yang mengingatkan pesan sang Pangeran yang kini telah menjadi Raja pun menyambut gembira kedatangan para Punggawa.
Setelah diketahui tujuan punggawa, Kiai menyampaikan hal tersebut kepada R.M. Sandiyo untuk berangkat ke Mataram Kartosuro untuk bertemu dengan keluarga dan kerabatnya.
Baca Juga: Nasib Petualang Cinta 1: Gonta-ganti Pacar Jadi Kebiasaan
Putra Raja yang lahir di Pondok Pesantren Gedangan bernama R.M. Sandiyo telah tumbuh menjadi Pria yang gagah dan tampan. Nama tersebut diberikan sesuai amanat Ayahandanya. Selain nama itu, Kiai Abdullah Muhsin juga memberinya nama yaitu M. Nur Iman.
Nama ini diberikan oleh Kiai sesuai dengan tindak tanduknya yang arif dan bijak selama menjadi santri. M. Nur Iman yang telah menguasai ilmu agama secara sempurna memang sangat didambakan oleh Kiai Abdullah Muhsin karena amal ilmunya yang tinggi serta kesolehannya.
Sang Kiai pun yakin bahwa setelah dewasa M. Nur Iman akan menjadi Ulama besar yang masyhur.
Baca Juga: Wisata Lereng Merapi di Kawasan Taman Kaliurang Resmi Dibuka Lagi
Akan tetapi, R.M. Sandiyo ternyata memiliki syarat untuk mau berangkat ke Mataram Kartosuro.
“Para Punggawa, terima kasih telah menjemput saya, tetapi saya bersedia pulang ke Mataram Kartosuro asalkan tidak bersama para punggawa, melainkan bersama dua sahabat saya.”
Mendengar permintaan tersebut, para punggawa pun menerimanya dan izin pamit dari pondok pesantren dan kembali ke kerajaan. (Ditulis: Yosi Wulandari UAD) *