SUATU waktu, Belanda memiliki rencana busuk untuk pura-pura membantu Pangeran Puger adik Amangkurat II. Belanda mempengaruhi Pangeran Puger untuk merebut tahta kerajaan dari Sunan Mas, Putra Amangkurat II yang menjadi Amangkurat III.
Pertikaian pun terjadi sehingga tahta pun berhasil didapatkan oleh Pangeran Puger. Rencana busuk Belanda pun berjalan mulus. Mereka sengaja mengangkat pangeran Puger menjadi Raja dengan gelar Susuhanan Paku Buwono 1. Kejadian itu pun menyebabkan R.M. Suryo Putro merasa kecewa dan sakit hati.
Bagi dirinya kondisi kerajaan sudah tidak sehat lagi dan akhirnya memutuskan untuk pergi keluar Kraton menuju ke arah Timur.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 36: Dihamili Bapak-bapak yang Sudah Berkeluarga
Pilihannya untuk keluar dari Kraton pun telah dipikirkan matang-matang. Bagi dirinya tahta hanya akan membuat dirinya menjadi pribadi yang sibuk mengejar dunia.
Perjalanan yang hendak dilakukan ingin mencari ilmu lain yang dapat menentramkan jiwa dan pribadinya. Dalam hatinyanya R.M. Suryo Putro berkata.
“Tahta hanya akan membuat hati menjadi penuh kebencian jika tidak dilandaskan niat baik dalam memimpin kerajaan. Menjaga amanah orang tua tidak mesti harus bertahan di kerjaan ini, sudah saatnya hijrah untuk dapat memberikan yang terbaik untuk negara ini.”
Baca Juga: Kakak Kesurupan, Setannya Bilang Suka Sama Aku
Perjalanan pun akhirnya ditempuh oleh Suryo Putra. Selang waktu berlalu tibalah beliau di Surabaya. R.M. Suryo tiba di daerah perkampungan yang dikenal bernama kampung Gedangan.
Bak sejalan dengan panggilan hatinya, R.M. Suryo pun menemui sebuah Pondok Pesantren namanya Pondok Pesantren Gedangan. Pondok pesantren Gedangan ini dipimpin oleh Kiai Abdullah Muhsin.
Artikel Terkait
Raden Mas Sandeyo Kiai Mlangi 1: Pangeran Puger Menyingkir ke Jenar Mengangkat Diri Jadi Raja
Keistimewaan adalah Eksistensi Kraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman dalam Mensejahterakan Masyarakat
Raden Mas Sandeyo Kiai Mlangi 2: Kerajaan Dipenuhi Sengketa Masalah Kepemimpinan dan Suksesi