harianmerapi.com - Cerita hidayah pemimpin yang Zalim. Ayah di tahanan karena diduga terlibat kasus pembunuhan, rumah dan harta benda habis dilalap api akibat amuk massa.
Dan kini ayah kembali diduga terlibat kasus pembunuhan lagi ketika mayat Sunti ditemukan di pekarangan milik Kepala Desa.
Cobaan yang bertubi-tubi itu membuat Rangga semakin tertekan psikologisnya. Ia merasa sebagai anak telah menjadi korban dari perbuatan ayahnya sendiri.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 1: Kepala Desa Meninggal Mendadak secara Misterius, Warga pun Geger dan Heboh
Selama ini ia mencari pelarian dengan sering minum sampai mabuk. Dengan makin menumpuknya masalah keluarga yang tengah dialami, maka kebiasaan itu semakin menjadi.
Hampir setiap hari Rangga bergaul dengan orang-orang yang kerjanya hanya mabuk dan judi. Sekolahnya benar-benar ia lupakan. Bahkan selama berminggu-minggu tidak masuk sekolah.
Para guru juga dibuat kebingungan, karena tidak bisa menghubungi pihak orangtua.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 2: Suara Pro dan Kontra Muncul Setelah Kepada Desa Meninggal Mendadak
Sementara Rangga dan adiknya, Juki memang sedang mengungsi di rumah famili, karena rumahnya tidak bisa ditempati akibat amuk massa.
Namun Rangga tak pernah tinggal di rumah familinya tersebut. Hidupnya sungguh sudah tidak teratur, karena tinggal sembarangan secara bergantian di rumah teman-temannya yang mau menampung.
Ia juga mulai kehabisan uang, sehingga mencari dengan cara apapun. Kadang mengamen sebisanya di perempatan jalan.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 3: Warga Memilih Calon Pemimpin Baru, Muncul Nama-nama sebagai Jago
Namun karena kebutuhan untuk mabuk tidak sedikit, maka kadang ia nekat melakukan tindak kriminal mencuri.
Meski hanya mencari kecil-kecilan, yang penting bisa untuk makan dan membeli minuman keras.
Ini dilakukannya bersama teman-temannya yang seolah sudah membentuk sebuah geng.