hidayah

Pernikahan yang Tak Direstui 17: Kasih Sayang yang Hilang Setelah Orang Tua Cerai

Rabu, 10 November 2021 | 08:35 WIB
Solehati hanya bisa mengenang kasih sayang ayahnya. (Ilustrasi Sibhe)

harianmerapi.com - Lain ibu, lain pula anak. Jika Marjina bahagia dengan perceraiannya, maka tidak bagi Solehati.

Anak kecil itu saat masih satu rumah dengan Berjo, memang tak pernah punya rasa sayang berlebih. Itu lantaran ayahnya tak pernah bisa memenuhi apa yang ia inginkan.

Berjo tak mampu memberikan mainan atau baju, yang membuat Solehati menjadi senang.

Baca Juga: Wewe Gombel Ngamuk Gara-gara Dibilang Wanita Nakal

Namun situasi hati Solehati berbeda, setelah tidak tinggal serumah dengan ayahnya akibat orang tuanya cerai. Kini ada rasa kehilangan di hati gadis mungil itu.

Karena sekalipun tak mampu memberi secara materi, namun perhatian dan kasih sayang seorang ayah ternyata tak bisa digantikan oleh orang lain.

Termasuk ayah tirinya, Harjino, yang seolah-olah ngujo soal materi. Apapun yang diminta Solehati, maka pasti akan selalu diberikan.

Baca Juga: Diajak Laki-laki Sepuh ke Puncak Gunung Merapi

Bertumpuk boneka dan mainan, dan puluhan baju bagus-bagus, ternyata tak sebanding dengan kasing sayang yang telah diberikan ayahnya selama ini.

Hampir setiap malam Solehati merenung dan bahkan sampai meneteskan air mata di pipinya, karena merindukan pelukan sang ayah. Ia takut untuk mengadu ke ibunya, karena pasti akan dimarahi habis-habisan.

"Ayahmu sudah melupakan Solehati, kenapa Solehati masih saja mengingat-ingat," bentak Marjina saat suatu ketika Solehati menanyakan soal ayahnya.

Baca Juga: Rezeki Mengalir Setelah Mengantar Perempuan Misterius Baju Putih

Gadis sekecil Solehati memang belum paham betul arti kehidupan. Saat masih ada ayahnya, ia cenderung ikut membenci karena mendapat provokasi dari ibunya. Bahkan sikapnya sangat baik sekali pada Harjino, jauh melebihi sikapnya pada ayahnya sendiri.

Marjina pun senang, karena putrinya sudah bisa menerima Harjino sebagai pengganti ayahnya. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, pertalian darah yang mengalir di tubuh Solehati tak bisa dibohongi.

Ia memang bersikap baik pada Harjino, tapi itu lebih karena materi yang ia dapatkan. Sementara rasa rindu pada sang ayah kandung yang menderanya, makin lama makin sulit untuk dibendung. Terlebih lagi oleh sang ibu komunikasinya seolah diputus sama sekali. (Bersambung) *

Halaman:

Tags

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB