Orang paling berilmu adalah yang berakal. Orang ahli ibadah yakni yang berakal.
dan pemimpin orang-orang adalah yang paling mempunyai akal.
Sehingga yang utama dalam memilih pemimpin ialah seseorang yang berakal dan paling banyak akalnya, ia juga harus ahli ibadah dan ia juga harus berilmu.
Baca Juga: Penerima Program Makan Bergizi Gratis Hampir 7 Juta Orang, BGN: Melebihi Total Penduduk Singapura
Lantas apa yang dimaksud dengan akal, Siti Aisyah radhiallahu anhu menyampaikan bahwa akal itu ada 10 bagian. Lima bagian kelihatan dan 5 yang lain tidak tampak.
Akal itu yakni pertama, diam sebagaimana Nabi SAW bersabda 'barangsiapa diam maka selamatlah dia dan nabi bersabda barangsiapa banyak bicara maka banyaklah salahnya'.
Kedua, sabar dan ketiga merendahkan diri atau sopan sebagaimana nabi bersabda 'Barangsiapa yang merendahkan diri maka diangkat oleh Allah taala dan barangsiapa takabur akan direndahkan oleh Allah SWT,'.
Keempat adalah perintah dengan kebaikan dan melarang yang mungkar, sementara yang kelima berbuat baik.
Baca Juga: Sisir Permukaan di Hari Kelima, Tim SAR Perluas Pencarian Korban Kapal Tenggelam di Selat Bali
Adapun akal yang tidak tampak adalah pertama berfikir, dua memberikan ibarat tauladan atau pengajaran. Ketiga menganggap perkara besar terhadap dosa, keempat takut kepada Allah Ta'ala dan kelima adalah merendahkan hawa nafsu dan mengalahkannya.
Demikianlah, manusia diciptakan dengan keistimewaan, dan manusia harus memanfaatkan keistimewaan berupa akal tersebut. Seorang pemimpin yang jadi panutan juga harus yang terbukti memiliki dan memanfaatkan seoptimal mungkin keistimewan yang ada dibanding pemimpin atau manusia lain. (*)