Menguak misteri tumpengan weton, nasi tumpeng selesai didoakan lalu dimakan bersama

photo author
- Senin, 10 Juni 2024 | 20:00 WIB
Nasi tumpeng sebagai uba rampe bancaan tumpengan weton. (MERAPI-HENDRO WIBOWO)
Nasi tumpeng sebagai uba rampe bancaan tumpengan weton. (MERAPI-HENDRO WIBOWO)

HARIAN MERAPI - Menguak misteri tumpengan weton. Selain membuat bancakan weton, ada sebagian masyarakat Jawa yang juga melakukan laku prihatin,

misalnya dengan lelaku puasa ngapit (puasa tiga hari yaitu pada hari weton ditambah satu hari sebelum dan sehari sesudahnya), mutih (selama beberapa hari hanya makan nasi putih dan minum air putih tawar saja tanpa puasa, jadi boleh makan dan minum kapan saja).

Ada pula lelaku puasa tiga hari sebelum weton, lima hari sebelum weton dan berbagai jenis cara puasa lainnya, melek (tidak tidur) selama 24 jam dimulai saat matahari terbenam saat masuk hari wetonnya diakhiri ketika matahari terbenam di hari wetonnya.

 Baca Juga: Menguak misteri tumpengan weton, digelar setiap weton kelahiran owner Hamzah Batik

Untuk membuat bancakan weton, biasanya menggunakan uba rampe sebagai berikut :
Nasi putih yang dibuat berbentuk tumpeng atau kerucut, yang melambangkan gunung.
Tumpeng merupakan interprestasi dari doa manusia yang menuju ke Atas (Tuhan), tumuju marang Pangeran (tertuju kepada Tuhan).

Dedonga anteng, meneng, metentheng (melakukan doa dengan penuh ketenangan, pikiran tidak kemana-mana, diam dan teguh, serta bersungguh-sungguh).

Tumpeng diletakkan tepat di tengah-tengah kalo. Bagian bawah tumpeng bentuknya lebar dan besar, semakin ke atas semakin kerucut hingga bertemu dalam satu titik. Satu titik itu simbol penyebab dari segala yang ada (causa prima), melambangkan eksistensi Tuhan sebagai episentrum dari segala episentrum.

Di puncak tumpeng ditancapkan “sate”, yang terdiri dari (urutan dari bawah); cabe merah (posisi horizontal), bawang merah, telur rebus utuh dikupas kulitnya (posisi vertical), dan cabe merah posisi vertical.

 Baca Juga: Menguak misteri tumpengan weton, peringatan hari lahir berdasarkan Saptawarna dan Pancawarna

Melambangkan kehidupan ini penuh dengan pahit, getir, pedas, manis, gurih. Untuk menuju kepada Hyang Maha Tunggal banyak sekali rintangannya.

Ada sebagian kalangan yang percaya, nasi tumpeng putih dibuat minimal 7 porsi. Bisa juga dibuat lebih banyak, misalnya 11 atau 17 porsi.

Setelah nasi tumpeng selesai dibuat dan didoakan, lalu dimakan bersama sekeluarga dan para tetangga. Jumlah orang yang makan minimal harus 7 orang, semakin banyak semakin baik, misalnya 11 orang, 17 orang.

Maknanya, dimakan 7 orang dengan harapan mendapat pitulungan yang berlipat tujuh. Jika dimakan 11 orang, berharap mendapat kawelasan yang berlipat sebelas. Dan 17 orang dengan harapan mendapat pitulungan lan kawelasan berlipat 17.

Baca Juga: Lihat Benda Bersejarah, Museum Negeri NTB Simpan Banyak Artefak

Gudhangan atau kulupan yang terdiri dari beraneka macam (tujuh) sayuran : kacang panjang dan kangkung (harus ada), kubis, kecambah/tauge yang panjang, wortel, daun kenikir, bayam, dll.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X