Gudhangan ini mengandung makna gudhange dhuwit (gudangnya uang). Sakparan-paran ora kepaten dalan (Di manapun / ke manapun tidak tersesat di jalan). Sedangkan 7 macam sayur, melambangkan pitulungan (pertolongan) Tuhan.
Sayuran yang dipakai untuk gudhangan umumnya adalah bayam, yang bermakna adem ayem.
Kacang panjang (yuswa dawa), yang melambangkan panjang umur. Ada yang meyakini bahwa kacang ini harus disajikan dengan tidak dipotong-potong, tetapi dibiarkan memanjang karena melambangkan simbol dari umur panjang manusia serta rezeki yang tidak terpotong-potong.
Semua orang pasti mengharapkan umur yang panjang dan rejeki yang berlimpah.
Kecambah atau taoge. Punya makna tansah semrambah yang artinya selalu menyebar.
Bumbu urap atau gudhangan, terdiri dari : kelapa muda diparut. Diberi bumbu masak : bawang putih, bawang merah, ketumbar, daun salam, laos, daun jeruk purut, sereh, gula merah dan garam secukupnya.
Ada kepercayaan dalam masyarakat Jawa, jika yang diberi bancakan weton masih usia kanak-kanak sampai usia sewindu (8 tahun), bumbunya tidak pedas. Lebih dari 8 tahun, bumbu urap/gudhangannya pedas.
Untuk membuat bumbu pedas tinggal menambah cabe secukupnya. Kelapa parut dan bumbu dicampur lalu dibungkus daun pisang dan dikukus sampai matang.
Bumbu pedas melambangkan orang sudah berada pada rentang kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan yang penuh manis, pahit, dan getir. (Hendro Wibowo/Koran Merapi)*