Jika sistem emosional bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka sistem sosial berfokus pada interaksi dengan orang lain atau pengalaman interpersonal.
Kebutuhan sosial siswa memaksa pendidik untuk mengelola sekolah menjadi komunitas pelajar, tempat guru dan siswa bisa bekerja sama dalam tugas pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang nyata.
Dengan berfokus pada kelebihan siswa dalam konteks kelas akan memaksimalkan perkembangan sosial melalui kerja sama antar individu,
Baca Juga: Muslim yang baik sebagai visi pembelajaran Agama Islam di sekolah dan madrasah
perbedaan di antara siswa justru menciptakan petualangan yang kreatif dalam pemecahan masalah.
Ketiga, sistem pembelajaran kognitif.
Sistem pembelajaran kognitif adalah sistem pemrosesan informasi pada otak.
Sistem ini menyerap informasi dari luar dan semua sistem yang lain, menginterpretsikan informasi tersebut, serta memandu pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Pembelajaran suatu mata pelajaran yang melibatkan pemecahan masalah adalah aktivitas yang paling baik untuk perkembangan otak karena meningkatkan konektivitas antar neuron, jumlah sel saraf, dan masa otak secara keseluruhan.
Masalah-masalah yang akan dipecahkan harus baru, menantang, tidak mengancam, dan merangsang emosi.
Baca Juga: Muhasabah menuju masa depan lebih baik
Keempat, sistem pembelajaran fisik.
Sistem pembelajaran fisik otak mengubah hasrat, visi, dan niat menjadi tindakan, karena sistem operasi ini didorong untuk melakukan sesuatu.
Penelitian yang dilakukan Given menunjukkan bahwa tubuh memiliki pengaruh sangat spesifik terhadap mekanisme pikiran, karenanya dalam berbagai cara tubuh memiliki pikirannya sendiri.
Sistem pembelajaran fisik otak melibatkan proses interaksi dengan lingkungan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan baru, atau mengungkapkan beragam emosi atau konsep.