harianmerapi.com - Pendidikan dalam pandangan Islam dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari tujuan pendidikan.
Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 49: Adu Kekuatan Dua Kubu yang Bersaing Menggelar Demo di Halaman Balai Desa
Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai hamba-hamba Allah Yang Maha Rahman (ibadurrahman).
Pendidikan menurut Islam adalah membentuk seorang muslim yang mampu melaksanakan kewajibannya kepada Allah, sebagaimana firman Allah yang artinya,
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat, 51 : 56).
Maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah, baik ibadah umum maupun ibadah khusus.
Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja.
Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka.
Sebagaimana firman Allah : “Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (QS. Al-Anbiya’, 21 : 16-17).
Juga dalam surat yang lain: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. (QS. Al-Mu’minun, 23 : 115).
Secara lebih rinci, QS. Al-Furqan (25) ayat 63-74 menjelaskan tentang ciri-ciri generasi ‘ibadurrahman ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi
dengan rendah hati, dan kalau disapa orang jahil, mereka mengucapkan kata-kata keselamatan (25:63),
melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (25:64), senantiasa berdoa agar terhindar dari azab jahanam, karena yakin jahanam sejelek-jelek tempat menetap dan kediaman (25:65-66),