Sunan Drajat 6: Mengikuti Jejak Sunan Bonang, Berdakwah Melalui Adat Lokal dan Mengajarkan Tujuh Filosogi

photo author
- Minggu, 8 Mei 2022 | 18:10 WIB
Sunan Drajat mengajarkan berikan tongkat pada orang buta. (Ilustrasi Pramono Estu)
Sunan Drajat mengajarkan berikan tongkat pada orang buta. (Ilustrasi Pramono Estu)

harianmerapi.com - Guna melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat, Sunan Drajat melakukan metode berdakwah yang sama dengan sang kakak, Sunan Bonang.

Yakni, berdakwah melalui adat lokal dan kesenian tradisional, dengan catatan asal tidak menyimpang dari ajaran Islam.

Tak jarang Sunan Drajat menyampaikan petuah lewat tembang pangkur yang diiringi dengan alat musik gending.

Baca Juga: Sunan Drajat 1: Putra Sunan Ampel Terkenal Cerdas dan Berjiwa Sosial, Menghabiskan Masa Kecil di Ampeldenta

Para wali termasuk Sunan Drajat memang seringkali menggunakan kesenian tradisional untuk melakukan dakwahnya.

Sunan Drajat sendiri terkenal sebagai wali Allah yang menjadi pelopor terciptanya tembang Mocopat seperti Pangkur.

Selain itu, terdapat bukti lain seperti beberapa alat gamelan yang dinamai “Singo Meng­kok” dan hanya tinggal kerangkanya yang tersimpan di museum.

Dalam mengamalkan ajaran Islam terutama meningkatkan jiwa sosial dan pengentasan kemiskinan, Sunan Drajat mengajarkan filosofi yang dilukiskan dalam tujuh sap tangga di komplek makam Sunan Drajat.

Baca Juga: Sunan Drajat 2: Agar Tumbuh Keberanian, Sunan Ampel Minta Raden Qosim Berdakwah di Daerah Pesisir Utara

Tujuh ajaran tersebut sangat sederhana sehingga mampu diamalkan siapa saja dari berbagai kalangan.

Makna filosofi ketujuh sap tangga tersebut, yang pertama: "Memangun resep tyasing Sasoma" (kita harus selalu membuat hati orang lain merasa senang).

Kedua: "Jroning suka kudu éling lan waspada," artinya ketika kita merasa bahagia, harus selalu ingat pada sang Kuasa (bersyukur) dan tetap waspada.

Ketiga: "Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah", artinya dalam perjalanan untuk menggapai cita-cita luhur, kita tidak boleh takut dan mudah putus asa dari berbagai rintangan.

Baca Juga: Sunan Drajat 3: Berguru pada Sunan Gunung Jati, Perahu Dihantam Ombak Besar Ditolong Ikan Cucut dan Talang

Keempat: "Meper Hardaning Pancadriya," yakni anjuran untuk selalu menekan hawa nafsu yang bergelora.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X