harianmerapi.com - Raden Qosim sangat tekun dalam mempelajari agama Islam. Dirasa sudah mumpuni, suatu ketika sang ayahhanda Sunan Ampel menyuruhnya untuk berdakwah seperti kakaknya, Sunan Bonang.
Namun Raden Qasim atau Sunan Drajat tidak langsung menerima perintah tersebut, karena beliau hanya ingin membantu Sunan Bonang.
Mendengar jawaban Raden Qosim, Sunan Ampel pun mencari cara agar putranya itu tumbuh keberanian untuk berdakwah sendiri.
Semula Sunan Ampel meminta Raden Qasim untuk berdakwah di Jawa bagian timur. Tapi Raden Qasim menolak lantaran merasa berat jika ke daerah timur yang kala itu kebanyakan masyarakatnya masih taat dengan ajaran Hindu.
Sunan Ampel kemudian memberi Raden Qasim hak untuk memilih tempat dimana dia ingin berdakwah selain membantu Sunan Bonang.
Cukup lama Raden Qosim berfikir, sebelum akhirnya memutuskan ingin berdakwah di daerah Surabaya, lebih khusus di Tuban.
Sunan Ampel mengizinkan, namun masih memberi saran kepada raden Qasim agar berdakwah di sekitar pesisir utara Gresik dan Tuban.
Kali ini Raden Qasim menerima perintah ayahnya untuk berdakwah di tempat yang telah disepakati bersama.
Setelah melakukan persiapan secukupnya, Raden Qasim bersama para santri kemudian pergi ke Gresik untuk memulai tugasnya.
Sebelum sampai di Gresik, Raden Qosim menyempatkan diri bersilahturahmi pada Sunan Giri. Raden Qosim memberitahu pada Sunan Giri bahwa dirinya diutus ayahnya untuk berdakwah di daerah pesisir utara.
Mendengar kabar itu, Sunan Giri sangat senang. Tak lupa Sunan Giri memberi beberapa nasehat agar kedatangannya nanti dapat diterima dengan baik oleh masyarakat pesisir utara.
Usai bertemu Sunan Giri, kemudian Raden Qosim melanjutkan perjalanan. Dibutuhkan waktu beberapa hari sebelum akhirnya Raden Qosim tiba di pesisir pantai.
Ia bertemu dengan nelayan yang kebetulan sedang istirahat dari melaut. Raden Qosim tidak langsung menyampaikan dakwah agama,
