harianmerapi.com - Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi dengan nama kecil Raden Qasim. Beliau terkenal cerdas dan berjiwa sosial.
Setelah menguasai pelajaran Islam lantas menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran.
Berikut kisah perjuangan Sunan Drajat dalam menyebarkan agama Islam, yang dirangkum dari berbagai sumber.
Baca Juga: Lima Manfaat Sikap Qana’ah, Salah Satunya Mengatasi Berbagai Problema Hidup Seperti Terbelit Utang
Nama kecil Sunan Drajat adalah Syarifudin atau Raden Qosim. Beliau merupakan putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya.
Raden Qasim sendiri merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Empat saudaranya adalah sang kakak Sunan Bonang, kemudian Siti Muntisiyah (istri dari Sunan Giri), Nyai Ageng Maloka (istri Raden Patah), dan istri dari Sunan Kalijaga.
Berdasarkan silsilah Sunan Ampel, maka Sunan Drajat termasuk cucu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim, perintis dan pelopor pertama yang membawa Islam di tanah Jawa.
Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Asmarakandi adalah anak dari seorang ulama besar dari Persia, yakni Syekh Jamaludin Akbar atau Jumadil Kubro yang dipercaya sebagai keturunan ke-10 Sayidina Husein, cucu dari Nabi Muhammad SAW.
Ibu dari Sunan Drajat adalah putri dari adipati Tuban, Arya Teja IV, dan masih memiliki nasab dengan Ronggolawe.
Sejak kecil Raden Qosim menghabiskan waktu bermainnya di daerah asal, Ampeldenta. Setelah menginjak dewasa, Raden Qasim ingin mengikuti jejak sang kakak, yang telah dikirim ke Tuban untuk berdakwah.
Raden Qosim sangat tekun dalam mempelajari semua ajaran-ajaran Islam. Setelah menguasai pelajaran Islam, maka Raden Qasim pun mencari tempat untuk berdakwah.
Tempat yang dipilihnya dan kemudian menjadi pusat kegiatan dakwah adalah di desa Drajat, Kabupaten Lamongan.
Selain berdakwah, Raden Qasim juga menjadi pemegang kendali otonom kerajaan Demak kurang lebih selama 36 tahun.
Desa Drajat merupakan tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak.