Sunan Ampel 1: Sebelum ke Majapahit Singgah di Palembang dan Tuban untuk Menyebarkan Agama Islam

photo author
- Rabu, 4 Mei 2022 | 11:10 WIB
Sunan Ampel terlebih dahulu singgah di Palembang dan Tuban sebelum sampai Majapahit. (Ilustrasi Pramono Estu)
Sunan Ampel terlebih dahulu singgah di Palembang dan Tuban sebelum sampai Majapahit. (Ilustrasi Pramono Estu)

harianmerapi.com - Sunan Ampel merupakan salah satu Walisongo yang berdakwah di tanah Jawa, lebih khususnya di kota Surabaya.

Beliau sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Dalam perjalanannya ke Trowulan, Ibu kota Majapahit, beliau singgah lebih dulu di Palembang dan Tuban untuk menyebarkan Islam di kawasan tersebut.

Kehadirannya merupakan titik balik sejarah keagamaan masyarakat Majapahit dari pemeluk Hindu menjadi Muslim. Berikut kisah Sunan Ampel yang diambil dari berbagai sumber.

Baca Juga: Salah Bertamu di Rumah Kosong Bikin Merinding dan Mau Beli Koran Dikira Mau Ngasih Pengamen Jalanan

Sunan Ampel lahir tahun 1401 di Champa. Lokasi Champa sendiri ada dua pendapat. Menurut Encyclopedia Van Nederlandesh Indie, Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja.

Sedang pendapat lain, Raffles menyatakan Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa.

Di masa kecilnya beliau bernama Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah, namun setelah pindah ke Jawa Timur, masyarakat memanggilanya dengan nama Raden Rahmat atau Sunan Ampel.

Menurut sebagian riwayat, orang tua Raden Rahmat adalah Maulana Malik Ibrahim yang juga menantu Sultan Champa dan ipar Dwarawati.

Riwayat lain yang lebih kuat menyebutkan Sunan Ampel sebagai putra Ibrahim Asmarakandi yang dimakamkan di Tuban. Ibrahhim Asmarakandi adalah putra Syekh Jumadil Kubro.

Baca Juga: Tak Sedih Ketika Gagal Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan Wesel Misterius dari Honor Tulisan di Sebuah Majalah

Dalam catatan Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal dengan sebutan Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng,

yang tak lain seorang Tionghoa dari suku Hui yang beragama Islam mazhab Hanafi.

Ia ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Tionghoa di Champa oleh Sam Po Bo. Sedang Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit.

Sedang Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Tionghoa di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Tionghoa di Jiaotung (Bangil).

Namun, catatan Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong ini diragukan kebenarannya karena merupakan propaganda Belanda untuk mengaburkan sejarah Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X