harianmerapi.com - Masih tentang suluk karya sastra Sunan Bonang, ada Suluk Khalifah yang merupakan penggambaran sejarah perjuangan Walisongo dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia.
Dalam syair Suluk Khalifah ini mengandung kisah-kisah rohani tentang bagaimana cara wali-wali Allah mengajari seseorang untuk masuk agama Islam.
Selain itu juga terdapat kisah Sunan Bonang ketika melakukan riyadhoh di Pasai Aceh, dan kisah ketika melakukan perjalanan ibadah haji.
Baca Juga: Sunan Bonang 1: Suka Menuntut Ilmu, Mendirikan Pesantren untuk Dakwah Islam Menyesuaikan Adat Jawa
Sedang Suluk Jebeng dikenal dalam tembang Dandanggula. Penamaan Jebeng diambil dari istilah orang muda yang dituakan, karena menuntut ilmu.
Suluk ini diawali dengan percakapan tentang pembentukan khalifah di muka bumi, dan pengenalan hakikat diri sebagai upaya menuju jalan kebenaran.
Suluk ini juga menggambarkan tentang penyatuan manusia dan Tuhannya, yang diibaratkan seperti gema dan suara yang harus saling mengenal.
Sementara Gita Suluk Wali merupakan karya berbentuk lirik-lirik puisi nan memikat.
Dalam isi syairnya dijelaskan hati seseorang akan hanyut dengan perasaan cinta layaknya terhanyut dalam air laut yang pasang atau hangus terbakar oleh api.
Pada akhir bait dituliskan sebuah pepatah sufi berbunyi "Qalb al-mukmin bait Allah", yang artinya hati seorang hamba mukmin merupakan tempat kediaman Allah.
Selain piawai di bidang sastra, sebagai putra Sunan Ampel yang sangat disegani, Sunan Bonang dikenal pula memiliki ilmu sangat tinggi.
Sunan Bonang memiliki ilmu fiqih, tasawuf, ushuludin, seni, arsitektur, sastra, dan berbagai kesaktian, serta kedigdayaan yang sangat tinggi.
Beliau juga terkenal dengan ilmu kebatinannya. Ia mengajarkan murid-muridnya lewat penekanan ilmu dengan cara sujud (sholat) dan dzikir.
Sunan Bonang mengajarkan pada murid-muridnya cara mengembangkan dzikir melalui gerakan-gerakan fisik yang bersumber dari Rasullah SAW dan dikombinasikan keseimbangan pernafasan.
