HARIAN MERAPI - Muhasabah berasal dari kata hasibah yang artinya menghisab atau menghitung.
Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikkan dengan menilai diri sendiri atau mengevaluasi diri, ngulat sariro atau introspeksi diri.
Firman Allah dalam QS Al-Hasyr (59) : 18 secara tersirat memberikan perintah untuk senantiasa melakukan muhasabah supaya masa depan atau hari esok akan lebih baik.
Baca Juga: Tujuh perlakuan orangtua yang tidak tepat kepada anak, diantaranya terlalu melindungi
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiapb diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Hari berganti hari, demikian juga dengan bulan dan tahun, bahkan abad. Kalau kita memperhatian pergantian waktu ini, sesungguhnya kehidupan dunia makin lama makin menjauh sedang pada kesempatan yang sama kehidupan akhirat makin mendekat.
Itulah perlunya muhasabah, supaya masa depan kita (akhirat) lebh baik dari masa sekarang (dunia), sebagaimana pesan QS Ad-Duhaa (93) : 4: “Dan sesungguhnya hari kemudian tu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)”.
Orang yang beriman harus melakukan muhasabah pada keseluruhan aspek hidupnya, baik yang berhubungan dengan Allah (ubudiyah) maupun hubungan dengan sesama manusia (muamalah) yang mengandung nilai ibadah, sebagaimana Firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” {QS. Adz-Dzariyat (51): 56}.
Baca Juga: Dakwah Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat untuk seluruh alam
Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah: Pertama, aspek Ibadah yang berhubungan dengan Allah; yang di dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan dalam Al-Quran dan Rasul-Nya.
Dalam hal ini Rasulluh SAW telah bersabda: “Apabila ada sesuatu urusan duniamu, maka kamu lebih mengetahui. Dan apabila ada urusan agamamu, maka rujuklah kepadaku “.(HR. Ahmad).
Kedua, aspek pekerjaan dan perolehan rizki yang sering dilupakan bahkan ditinggalkan dan tidak dipedulikan.
Karena aspek ini diangggap semata-mata urusan duniawi yang tidak memberikan pengaruh pada aspek ukhrawinya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda: "Tidak akan bergerak telapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya." (HR. Turmudzi).