HARIAN MERAPI - Setiap orang pasti memiliki harapan untuk hidup lebih baik; harapan untuk hidup bahagia, sejahtera, dan terhormat.
Manusia berharap bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bisa terhindar dari penderitaan, kemiskinan dan kebodohan.
Juga berharap dapat menjadi pegawai yang berdedikasi tinggi dan berprestasi, dapat menjadi muslim yang taqwa, selalu beramal shaleh, berakhlak mulia (akhlaq al-karimah) dan menjalankan amar ma'ruf dan nahi munkar.
Baca Juga: Tetap istiqamah di jalan Allah, di antaranya dengan senantiasa berkata benar dan tidak menggunjing
Masih banyak lagi harapan yang semua itu menunjukkan keadaan yang lebih baik daripada sekarang.
Harapan hidup yang lebih baik juga berkaitan dengan ujian yang sedang dihadapi saat ini, bagaimana memaknai situasi yang ada untuk menjadikan hidup lebih bermakna, tidak patah semangat, dan penuh keikhlasan.
Ujian hidup yang sedang dihadapi saat ini adalah saat yang tepat untuk menabur berbagai harapan untuk kehidupan yang lebih baik dengan menebarkan nilai-nilai kemuliaan penuh kebersamaan.
Layaknya sepetak tanah, dunia adalah tempat menanam, dan harapan itu adalah laksana benih.
Karena itu, untuk dapat panen, maka seseorang harus mau dan mampu menabur benih.
Siapapun yang semakin banyak menabur benih, maka semakin banyak ia berkesempatan untuk panen.
Baca Juga: Enam keteladanan akhlak Rasulullah Muhammad SAW, di antaranya lemah lembut dan rendah hati
Siapa yang banyak menanam akan banyak mengetam, begitulah kira-kira sunatullah dalam kehidupan.
Hanya persoalannya, seringkali seseorang lupa bahwa harapan itu dapat menimbulkan berbagai perilaku.
Pertama, orang yang mempunyai harapan, tetapi tidak dibarengi dengan kemauan dan kemampuan melakukan usaha untuk mewujudkan harapan itu.
Artikel Terkait
Birrul Walidain, Pentingnya Memuliakan dan Berbuat Baik pada Kedua Orang Tua
Bertaubat dengan Sepenuh Hati, Ini Lima Syaratnya
Muhasabah, Saat yang Tepat Ketika Pandemi Berkepanjangan
Lima Sifat-sifat Lemah yang Jadi Bawaan Manusia
Mengapa Rasulullah Menganjurkan Umatnya untuk Bermurah Hati?