Lima syarat taubat nasuha, salah satunya ikhlas

photo author
- Minggu, 4 September 2022 | 06:25 WIB
 Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)

Sebagai contoh, apabila dosa atau maksiat itu dengan sebab ghîbah (menggunjing) terhadap sesama, maka ia wajib meminta maaf kepada orang yang digunjingnya itu, bila yang dighibah tahu, atau ia khawatir orang yang digunjing akan tahu.

Baca Juga: Menanamkan rasa percaya diri anak, di antaranya dengan mendukung proses belajar dan pengembangan dirinya

Keempat, bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa yang akan datang.

Karena ini merupakan buah dari taubatnya dan sebagai bukti kejujuran pelakunya.

Jika ia mengatakan telah bertaubat, namun ia masih bertekad untuk melakukan maksiat itu lagi di suatu hari nanti, maka taubatnya saat itu belum benar.

Karena taubatnya hanya sementara (taubat sambal), si pelaku maksiat ini hanya sedang mencari momen yang tepat saja.

Taubatnya ini tidak menunjukkan bahwa dia membenci perbuatan maksiat itu lalu menjauh darinya dan selanjutnya melaksanakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla.

Baca Juga: Memahami berbagai hambatan anak usia dini berkebutuhan khusus, di antaranya anak dengan spectrum autism

Kelima,  taubat itu dilakukan bukan pada saat masa penerimaan taubat telah habis/berlalu.

Jika taubat itu dilakukan setelah habis waktu diterimanya taubat, maka taubatnya tidak akan diterima.

Sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allâh menerima taubat seorang hamba selama nyawanya (ruhnya) belum sampai tenggorokan. (HR. Ahmad, at-Tirmidzi).

Situasi yang penuh ujian dan cobaan sebagaimana saat sekarang ini berupa ancaman banjir, gunung meletus dan sebagainya,

apabila setiap orang melakukan taubat nasuha pada saat penuh ujian ini, Allâh akan menghapus dosa-dosa yang telah diperbuatnya, sekalipun jumlahnya sangat banyak.

Baca Juga: Resep hidup bahagia di tengah badai kehidupan, di antaranya dengan husnudhan kepada Allah SWT

Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa merahmati kita untuk dapat mengisi sisa umur ini dengan taubat nasuha kepada Sang Maha Penerima Taubat, sehingga dapat mengisi sisa umur ini dengan amal

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X