Kepemimpinan Profetik dan cita-cita luhur Bangsa Indonesia

photo author
- Sabtu, 13 Agustus 2022 | 05:30 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si, Ketua Pusat Studi KIP3MK UIN Suka (Dok Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si, Ketua Pusat Studi KIP3MK UIN Suka (Dok Pribadi)

Baca Juga: Sebab-sebab agresivitas anak-anak dan remaja di sekolah, di antaranya kepemimpinan Kepala Sekolah yang lemah

Dalam hal ini, kepemimpinan yang membawa perubahan kepada keadaan yang lebih baik, adil dan meningkatkan kualitas kemakmuran warga.

Kualitas pribadi pemimpin, karakter kepemimpinan, yang dilengkapi dengan akhlak yang luhur, yang dalam hal ini mengkaji, mengamalkan dan mengajarkan Al-Quran, tentu akan melahirkan suatu bentuk kepemimpinan ideal.

Dalam kerangka kebangsaan, kepemimpinan model ini, adalah suatu bentuk kepemimpinan yang dapat diandalkan untuk menterjemahkan cita-cita luhur bangsa ke dalam langkah-langkah pembangunan yang kongkrit.

Suatu langkah pembangunan yang mengutamakan rakyat kecil, mereka yang miskin dan dimiskinkan, kaum mustadh'afin dan mereka yang membutuhkan bantuan struktural.

Suatu langkah pembangunan dengan tata kelola yang baik, bersih dan dapat dipertanggungjawabkan.

Baca Juga: Manfaat dzikir bagi seorang muslim, di antaranya menghilangkan perasaan gundah gulana dalam hidupnya

Suatu langkah pembangunan yang membawa bangsa kepada cita-cita luhur, seperti yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Tentu ini bukan kerja yang mudah. Kita membutuhkan kerja sama yang luas dan didasarkan pada semangat saling menghormati, sedemikian sehingga segala perbedaan tidak menjadi masalah, sebaliknya menjadi kekuatan.

Perbedaan adalah kenyataan, dan persatuan merupakan usaha kita bersama. Mulai saat ini, siar bagi lahirnya ukhuwah perlu digencarkan, dan jika perlu didorong untuk menjadi agenda nasional.

Apa artinya?

Pertama, perlunya suatu kesadaran dari kita semua, agar konsep ukhuwah dapat diterjemahkan menjadi langkah kongkrit; dan

Baca Juga: Berbagai pemicu perilaku agresif anak-anak dan remaja, di antaranya karena perceraian orangtua

Kedua, perlunya suatu ruang dialog yang lebih luas, yakni ruang dimana segala perbedaan dan tantangan dapat dibahas dengan trandisi musyawarah; serta

Ketiga, perlunya suatu inisiatif bersama, yakni mengusahakan langkah bersama agar ukhuwah menjadi aksi bersama, sampai pada waktunya dicapai keadaan ideal,

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Keteladanan Nabi Muhammad SAW

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X