Baca Juga: Beberapa Keistimewaan yang Diberikan Allah SWT kepada Orang Beriman yang Mengembangkan Budaya Malu
Selain kualitas pribadi sang pemimpin, yang juga harus mendapatkan perhatian adalah sifat atau karakter kepemimpinan, atau dalam hal ini, praktek kepemimpinannya.
Allah SWT berfirman dalam Surat At-Taubah Ayat 128: “Sungguh telah dating kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”.
Dari petunjuk ini, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan profetik adalah suatu karakter dengan kepedulian sosial yang sangat tinggi.
Tentu bukan suatu kepedulian yang bersifat privat, tetapi kepedulian yang bersifat transformatif, yakni menjadikan kepedulian tersebut menjadi arah dari kepemimpinan.
Dalam hal ini, kepemimpinan yang membawa perubahan kepada keadaan yang lebih baik, adil dan meningkatkan kualitas kemakmuran warga.
Baca Juga: Lima Kekuatan Generasi Qur’ani, Salah Satunya Quwwatul ‘Aqidah
Apakah kepemimpinan dimaksud telah sepenuh memadai untuk melakukan transformasi bangsa?
Jika kepemimpinan yang dimaksud sepenuhnya didasarkan pada prinsip dan ciri-ciri di atas, tentu akan sangat bias diharapkan kehandalannya dalam membawa
masyarakat kepada tata hidup yang baru.
Namun, kita menyadari bahwa kehidupan nyata masih jauh dari yang ideal.
Oleh sebab itu, dibutuhkan dukungan, berupa tenaga umat, yang tidak saja berfungsi sebagai kekuatan demokrasi, yang dalam hal ini, menjadi kekuatan kritis, yang senantiasa memberikan sumbangan pemikiran dan kritik, apabila jalannya pembangunan menyimpang dari cita-cita bangsa,
akan tetapi juga menjadi kekuatan yang secara nyata berkontibusi ikut menggerakkan mesin pembangunan, melalui partisipasi dalam proses pembangunan.
Baca Juga: Sepuluh Janji Allah Kepada Umat-Nya, Salah Satunya Pahala yang Sempurna Bagi Orang-orang yang Sabar
Pada titik inilah, kita berpandangan bahwa konsep ukhuwah akan sangat ideal apabila dapat diwujudkan, yakni ukhuwah dalam dimensi ke-Islaman, Kebangsaan dan
Kemanusiaan.
Kualitas pribadi pemimpin, karakter kepemimpinan, yang dilengkapi dengan akhlak yang luhur, yang dalam hal ini mengkaji, mengamalkan dan mengajarkan Al-Quran, tentu akan melahirkan suatu bentuk kepemimpinan ideal.