Ketidaksempurnaan secara fisik yang diberikan kepada seseorang menjadikan orang itu menarik diri, tertutup, dan kurang percaya diri.
Baca Juga: Berbagai Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Antisipasinya
Ketidaksempurnaan ini telah melemahkan mentalnya sehingga dia tampak minder bergaul dengan orang-orang yang normal fungsi inderanya.
Selain itu, bisu dan tuli dapat diartikan juga dengan arti kiasan (majazi) yaitu bisu dan tuli mata hatinya.
Kegilaan dalam arti majazi adalah orang yang membenci atau mencintai sesuatu di luar batas kewajaran, tidak lagi dalam pertimbangan akal sehat, dan cendrung membabi buta.
Kecintaannya kepada harta benda misalnya, telah menjadikan seseorang tidak menggunakan lagi rambu-rambu agama di dalam mencari nafkah.
Menghalalkan segala maca cara, yang penting bisa memperoleh harta yang sebanyak-banyaknya.
Harga diri seseorang juga akan jatuh apabila seseorang menjadi pemalas, panakut atau kikir.
Malas berusaha dan bekerja akan melemahkan kreativitas dan menyulitkan hidup. Kehidupannya jadi bergantung kepada orang lain.
Baca Juga: Beberapa Keistimewaan yang Diberikan Allah SWT kepada Orang Beriman yang Mengembangkan Budaya Malu
Akibatnya bukan memberi tetapi meminta. Sedangkan malas beribadah dibenci oleh Allah SWT.
Oleh karena itu sebagai muslim harus kuat kemauan, rajin belajar, bekerja dan beribadah. Kefakiran memang sesuatu yang tidak dapat ditolak, tetapi harus ditanggulangi.
Manusia tidak diperintah oleh Tuhan-Nya untuk menjadi kaya tetapi dituntut mencari karunia-Nyan secara maksimal.
Kefakiran yang tidak diterima dengan lapang dada akan berakibat kepada keadaan yang paling buruk dan sangat mengkhawatirkan banyak orang, yakni kekufuran sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW :
”Hampir saja kefakiran itu menjadi kekufuran.” (HR. Abu Naim).