Enam Cara untuk Meningkatkan Kehormatan Diri Supaya Dalam Hidup Memiliki Martabat yang Tinggi

photo author
- Kamis, 16 Juni 2022 | 05:30 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)

Ketidaksempurnaan secara fisik yang diberikan kepada seseorang menjadikan orang itu menarik diri, tertutup, dan kurang percaya diri.

Baca Juga: Berbagai Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Antisipasinya

Ketidaksempurnaan ini telah melemahkan mentalnya sehingga dia tampak minder bergaul dengan orang-orang yang normal fungsi inderanya.

Selain itu, bisu dan tuli dapat diartikan juga dengan arti kiasan (majazi) yaitu bisu dan tuli mata hatinya.

Kegilaan dalam arti majazi adalah orang yang membenci atau mencintai sesuatu di luar batas kewajaran, tidak lagi dalam pertimbangan akal sehat, dan cendrung membabi buta.

Kecintaannya kepada harta benda misalnya, telah menjadikan seseorang tidak menggunakan lagi rambu-rambu agama di dalam mencari nafkah.

Menghalalkan segala maca cara, yang penting bisa memperoleh harta yang sebanyak-banyaknya.

Harga diri seseorang juga akan jatuh apabila seseorang menjadi pemalas, panakut atau kikir.

Malas berusaha dan bekerja akan melemahkan kreativitas dan menyulitkan hidup. Kehidupannya jadi bergantung kepada orang lain.

Baca Juga: Beberapa Keistimewaan yang Diberikan Allah SWT kepada Orang Beriman yang Mengembangkan Budaya Malu

Akibatnya bukan memberi tetapi meminta. Sedangkan malas beribadah dibenci oleh Allah SWT.

Oleh karena itu sebagai muslim harus kuat kemauan, rajin belajar, bekerja dan beribadah. Kefakiran memang sesuatu yang tidak dapat ditolak, tetapi harus ditanggulangi.

Manusia tidak diperintah oleh Tuhan-Nya untuk menjadi kaya tetapi dituntut mencari karunia-Nyan secara maksimal.

Kefakiran yang tidak diterima dengan lapang dada akan berakibat kepada keadaan yang paling buruk dan sangat mengkhawatirkan banyak orang, yakni kekufuran sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW :

”Hampir saja kefakiran itu menjadi kekufuran.” (HR. Abu Naim).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X