harianmerapi.com - Pergaulan dengan teman atau kerabat tidak lepas dari kelakar dan canda untuk hiburan atau membuat senang.
Dalam canda dan kelakar ini tidak jarang seseorang menyelipkan dusta atau bohong dengan tujuan orang lain tertawa.
Apakah hal ini dilarang dalam Islam? Bohong atau pun kelakar itu untuk membuat senang orang, sedangkan menyenangkan orang itu mendapat pahala.
Baca Juga: Istri Pulang ke Rumah Orang Tuanya, Begini Cara Menjemputnya Menurut Buya Yahya
Secara hukum, Islam melarang segala macam bentuk bohong atau dusta, dan wajib untuk dijauhi. Sebagaimana sabda Rosulullah yang diriwayatkan Bukhari, Muslim dan Tirmidzi.
"Hendaklah kalian berlaku jujur. Sesungguhnya kejujuran mendatangkan kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan mendatangkan surga. Seseorang akan senantiasa berlaku jujur dan memilih untuk berlaku jujur hingga dituliskan baginya di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Jauhkanlah diri kalian dai perbuatan dusta. Sesungguhnya kedustaan mendatangkan keburukan, dan sesungguhnya keburukan mendatangkan neraka. Seseorang akan senantiasa berdusta dan memilih untuk berlaku dusta hingga dituliskan baginya di sisi Allah sebagai seorang pendusta."
Baca Juga: Cara Atasi ‘Izinkan Lokasi’ yang Diblokir Saat Pendaftaran Kartu Prakerja 2022
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi dan An-Naasa'i Nabi Muhammad Sawa juga menyampaikan, "Celakalah orang yang berbicara kemudian berdusta agar dengan kedustaan itu segolongan orang menjadi bahan tertawaan, celakalah ia, celakalah ia."
Di Kitab Fatwa-Fatwa Terkini jilid 3 yang merupakan serial buku ke 125 yang diterbitkan Darul Haq para syaikh yang di antaranya syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menyampaikan hendaklah menjauhkan diri dari segala bentuk kedustaan.
Dusta atau bohong ini, baik dengan maksud mengolok-olok suatu kaum, bergurau atau pun sungguh-sungguh.
Baca Juga: Bantai Nepal 7-0, Timnas Indonesia Lolos Piala Asia 2023
Jika seseorang telah membiasakan dirinya untuk berlaku jujur dan menjauhkan diri dari kedustaan, maka ia akan menjadi orang yang jujur baik lahir maupun batin.
Maka dari itu Rasulullah bersabda sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan tertulis di Bab Al-Adab dan Muslim di bab Al-Birr bahwa "Seseorang senantiasa berlaku jujur dan memilih untuk berlaku jujur hingga dituliskan baginya di sisi Allah sebagai seorang yang jujur."
Disampaikan bahwa tidak ada seorang pun di antara kita yang tidak mengetahui buah dari kejujuran maupun kedustaan. *