harianmerapi.com - Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai pada anak-anak dan mereformasi sistem sosial yang menghormati kebebasan individu.
Selain itu, peningkatan kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang berkontribusi terhadap pembentukan karakter dan akhlak mulia pada anak secara menyeluruh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Karakter dengan persyaratan kompetensi lulusan.
Baca Juga: Buah Matoa Miliki Khasiat sebagai Musuh Sariawan dan Jantung Koroner
Sementara itu, pendidikan karakter diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai berikut: a) Mengembangkan ranah afektif peserta didik sebagai manusia dan warga
negara yang memiliki nilai budaya dan karakter bangsa;
b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku terpuji siswa sesuai dengan nilai-nilai universal dan tradisi keagamaan budaya bangsa.
c) Menanamkan rasa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada siswa sebagai generasi bangsa; d) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi manusia
yang mandiri, kreatif, dan berwawasan bangsa; dan
e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta rasa kebangsaan yang kuat.
Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi pendidikan karakter anak; yaitu:
Pertama, Insting atau naluri Insting adalah ciri kepribadian yang mendorong tindakan yang mencapai tujuan dengan memikirkannya terlebih dahulu dan tidak
dipengaruhi oleh latihan.
Setiap tindakan manusia adalah hasil dari kehendak yang didorong oleh naluri (insting). Insting adalah fitur karakter sejati yang dibawa sejak lahir.
Para psikolog membagi komponen insting manusia sebagai penggerak prilaku ke dalam beberapa bagian seperti naluri makan, naluri menjodohkan, naluri ibu dan ayah, naluri
berperang, dan naluri kepada Tuhan.
Baca Juga: Kangen Nyasar di Jogja dan Bayi tak Mau Menetek Ibu Saat Persalinan di Rumah Sakit Ternyata Tertukar
Kedua, adat kebiasaan (habit). Kebiasaan adalah tindakan yang selalu dilakukan dengan cara yang sama, sehingga mudah dilakukan kembali sewaktu-waktu dibutuhkan.