Baca Juga: Minum Es Dawet Kumpulan Sisa-sisa dan Lomba Pidato di Acara Resepsi Pernikahan
Kematangan berpikir akan mampu menghindarkan pasangan suami-istri dari berbagai kegoncangan keluarga akibat berbagai fitnah dari orang lain.
Keempat, sabar dan rela atas kekurangan masing-masing. Pada waktu saling ta’aruf (baca : pacaran), memang segalanya nampak serba indah dan menyenangkan, karena masing-masing saling menyembunyikan kekurangan dan kelemahan yang ada.
Lain halnya ketika sudah memasuki kehidupan berkeluarga, kekurangan dan kelemahan yang tidak diketahui sewaktu masa ta’aruf, akan bermunculan.
Baca Juga: Suami Mabuk Aniaya Istri Hingga Tewas, Dibekuk di Bali
Menghadapi situasi yang seperti ini, pasangan suami-istri harus sabar dan rela menerimanya sebagai suatu hal yang memang harus terjadi.
Kelima, harus kerjasama menyelamatkan bahtera keluarga. Rumah tangga yang telah didayung bersama adalah suatu institusi yang telah dibingkai secara bersama-sama dan dalam hal menyelamatkan bahtera keluarga juga menjadi tanggung jawab bersma.
Tantangan dan cobaan yang dihadapi memang tidak sedikit, tetapi dengan bersatunya suami-istri, cobaan itu secara bertahap akan menjauh dari bahtera keluarga.
Baca Juga: Cerita Horor Bongkar Petilasan Keramat, Tangan Tak Bisa Digerakkan
Memang tidak logis ketika suatu keluarga tidak pernah mendapatkan tantangan dan cobaan, tetapi yang paling penting adalah bagaimana suami-istri menjawab tantangan dan cobaan itu dengan cara yang arif dan santun.
Pada intinya, keluarga surgawi adalah keluarga yang masing-masing anggotanya mampu mengetahui dan mempraktikkan cara menjaga keharmonisan dalam rumah tangga
menurut Islam, sehingga senantiasa tejaga ketenangan, ketenteraman, dan keharmonisan berumah tangga. Insya Allah! *