harianmerapi.com - Kehormatan diri atau harga diri seseorang harus dipelihara agar dapat diterima masyarakat sebagaimana mestinya dan juga terhormat di hadapan Allah SWT.
Tidak ada seorang pun selain dirinya sendiri yang dapat memelihara kehormatan dirinya, mengingat kehormatan itu melekat pada dirinya.
Dengan kata lain, kehormatan diri adalah sesuatu yang telah mempribadi pada seseorang yang senantiasa akan dinampakkan ketika berkomnikasi denan orang lain.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 78: Suami Trenyuh Membaca Ungkapan Isi Hati Istri di Buku Harian
Seseorang yang berkepribadian baik akan mendapat perlakuan yang wajar dari masyarakat, apapun aktifitas yang dilakukan senantiasa mendapatkan apresiasi yang positif dan orang lain selalu siap memberikan dukungan baik secara finansia maupun non-finansial.
Itulah yang disebut dengan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Dalam berinteraksi dengan orang lain, untuk menjaga kehormatan, seorang muslim harus selalu menghiasi dirinya dengan sifat-sifat terpuji (akhlak al-karimah).
Setiap perbuatan yang tercela akan melahirkan akibat buruk.
Dan setiap akibat buruk akan mendatangkan sanksi atau hukuman baik dari Allah SWT maupun dari masyarakat.
Firman Allah SWT: ”Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. Al-A’raf, 7 : 165)
Baca Juga: Bekerja Sebagai Ibadah, Ini Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi
Sifat-sifat yang harus dihindari oleh seorang muslim agar terpelihara harga dirinya, telah diajarkan oleh Nabi SAW dalam rangkaian do’a beliau:
“Ya Allah, saya mohon perlindungan pada-Mu dari pada kelemahan, kemalasan rasa takut dan kekikiran. Juga pada kekafiran, kekufuran dan kefasikan, demikian pula ketulian, kebisuan serta kegilaan dan penyakit-penyakit yang buruk.” (HR. Hakim dan Baihaqi).
Dari hadits ini terlihat bahwa ternyata bukan sifat-sifat buruk saja yang dapat merendahkan harga diri seseorang,
tetapi kondisi jasmaniah yang tidak normal juga ikut mempengaruhi, misalnya kebisuan, ketulian, dan berbagai kekurangan yang lain.
Difabilitas yang dialami oleh seseorang, manakala tidak diterima dengan hati yang lapang dan penuh keikhlasan akan menjadikan seseorang tidak bisa menerima kenyataan dirinya dan bisa berbuat sesuatu yang menjatuhkan harga dirinya.