Baca Juga: Cerita Misteri Mau Menggali Sumur Malah Diajak Bercinta Makhluk Halus Berwujud Perempuan Cantik
Di dalam keluarga itu remaja dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya.
Keluarga juga berfungsi sebagai seleksi terhadap segenap budaya luar, dan mediasi hubungan remaja dengan lingkungannya.
Moeljono Notosoedirjo & Latipun mengatakan bahwa banyak sekali kondisi keluarga yang memicu munculnya perilaku agresif anak.
Baca Juga: Cerita Misteri Naik Angkot Bersama Suster Tania yang Ternyata Sudah Tewas Jadi Korban Kecelakaan
Di antaranya: (1) perceraian dan perpisahan, (b) keluarga yang tidak fungsional, dan (3) perlakuan dan pengasuhan.
Perceraian dan perpisahan karena berbagai sebab antara anak dengan orangtuanya menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian.
Apabila keluarga menjadi berantakan disebabkan oleh perceraian atau salah satu orangtua kabur, dan hidup bersama secara tidak sah dengan partner baru, ataupun bercerai dan kawin lagi, maka muncullah runtutan kesulitan, khususnya bagi anak-anak.
Baca Juga: Doa Nabi Yunus AS untuk Mencari Kunci yang Hilang, Kena Razia Masker dan WC Baru Disangka Rusak
Pertikaian-pertikaian antara ayah dan ibu itu mengacaukan hati anak-anak, bahkan sering membuat mereka sangat sedih dan panik.
Ketiga, pergaulan dengan teman sebaya yang kurang terarah. Lingkungan pergaulan antar teman sebaya (peer grouip) atau kelompok dengan umur yang relatif sama juga menjadi faktor penting terbentuknya perilaku agresif.
Hal ini terjadi karena sifat-sifat yang melekat pada masa remaja yang ingin dirinya menjadi bagian dari kelompok sebayanya.
Kecenderungan perkembangan pola komunikasi dengan keluarga yang semakin tidak intensif dan dorongan untuk hidup serta memiliki otoritas penuh terhadap dirinya sendiri telah menjadikan seorang remaja memiliki kecenderungan lebih nyaman berkumpul dengan teman sebaya dari pada tetap tinggal di rumah.
Pengaruh perilaku agresif sangat mudah menular pada masa remaja. Pola saling meniru dan saling belajar perilaku agresif ini mudah terjadi pada masa remaja karena mereka memiliki kecenderungan, ketertarikan, dan pola-pola interaksi atau komunikasi yang sama antar mereka.