opini

Bertanam Kebaikan

Senin, 16 Desember 2024 | 10:30 WIB
Prof Dr Sudjito Atmoredjo SH MSi (dok pribadi)


Oleh: Sudjito Atmoredjo*

 Teringat pada nasihat dan keteladanan Almarhumah Ibu (Simbok). Di saat musim penghujan tiba, bersegeralah bertanam benih. Suatu saat nanti, benih tumbuh menjadi pohon. Rawatlah, agar tumbuh subur, hingga cepat berbuah. Nikmatilah buah itu. Jangan lupa bagikan kepada tetangga dan kerabat. Dengan niat “mikul dhuwur”, keteladanan itu saya amalkan.


Teringat pula pada Yok Koeswoyo, personel KoesPlus. Kecintaan pada alam sebagai karunia Ilahi Rabbi amat mendalam. Sanjungan terhadap tanah-air Indonesia, luar-biasa Diciptakanlah lagu berjudul “Kolam Susu”. “Bukan lautan hanya kolam susu/ Kail dan jala cukup menghidupimu/ Tiada badai, tiada topan kau temui/ Ikan dan udang menghampiri dirimu ...”


Pasca zaman keemasannya, beliau memilih hidup di desa. Alami. Sehat. Aktivitas bermusik, diganti dengan bertani. Karena bertani bukan bakatnya, maka di masa tua aktivitas dialihkan dengan bertanam kebaikan. Pemikiran, keteladanan, kritik, saran, budi-pekerti, kepada semua pihak, merupakan wujud kebaikan dimaksud.

Baca Juga: 10 entok ditongseng untuk konsumsi Ngerek Bareng persiapan LPPJ Award, begini harapan kungmania asal Bantul


Contoh, ketika pengelolaan laut dan lingkungan di negeri ini sedemikian buruk, maka “Kolam Susu” diubah menjadi “Kolam Lumpur”. Sindiran ini amat menohok. Betapa banyak ikan dan udang dicuri nelayan asing. Dulu, Menteri Kelautan berani menenggelamkan kapal asing, dan bajak-bajak laut. Sayang, Menteri eksentrik yang sedang bertanam benih kebaikan di laut, ini justru diganti. Akibatnya, kedaulatan bangsa di lautan terkoyak-koyak.


Dulu, para pejuang, tokoh nasional, adalah pembela tanah-air. Mereka, berjuang dengan ikhlas, disertai pengorbanan jiwa-raga, harta-benda, demi kedaulatan tanah-air. Penjajah dihalau. Melalui program “national and character building”, seluruh komponen bangsa dibangkitkan kesadarannya. Bangsa ini bangsa besar. Memiliki harkat dan martabat. Sejajar dengan dengan bangsa lain. Karunia-Nya atas sumberdaya alam melimpah, subur, makmur, wajib diikuti dengan aktivitas bertanaman kebaikan, yakni: mengelolanya dengan amanah, untuk sebesa-besarnya kemakmuran rakyat.


Di era reformasi, kedaulatan tanah-air digadaikan ke bangsa lain. Dalihnya, demi investasi, maka perlu ada Proyek Strategis Nasional (PSN). Secara kumulatif, dari tahun 2016 sampai dengan Februari 2024 sudah selesai 195 PSN. Sebanyak 14 PSN diantaranya, dengan pembiayaan murni dari pihak swasta (detikNews, 26/3/2024).


Akal sehat sulit menerima kebijakan itu. Bagaimana mungkin aktivitas bisnis oleh swasta murni, diatas-namakan proyek nasional? Sungguh tak logis, pembiayaan dari APBN (uang rakyat), justru menjadikan rakyat menderita. Apalagi, pelaksanaannya dengan cara penggusuran secara paksa. Lihat: kasus Rempang, Pantai Indah Kapuk (PIK-2), Bumi Serpong Damai (BSD), dan lain-lain.

Baca Juga: PIS Dorong Ekonomi Hijau untuk Masyarakat Pesisir di Bali


Dicermati seksama, telah tampak cetha wela-wela, berbagai kebijakan pemerintah semasa era reformasi, bukanlah bertanam kebaikan, melainkan bertanam keburukan. Rakyat dikorbankan, dimiskinkan, dipinggirkan, dibohongi, bahkan dibinasakan, demi kelancaran investasi bangsa asing. Tiada lagi kebijakan populis, kecuali telah berganti menjadi kebijakan elitis-oligarkis.


Bertanam kebaikan, merupakan aktivitas fisik yang berporos pada moralitas-religius. Aktivitas demikian, dilakukan oleh orang-orang berjiwa bersih, berwawasan luas, dan berkiblat pada kehidupan dunia fana maupun alam baqa (dunia-akhirat). Salah satu nutrisi yang dapat dijadikan pengantar pada kebaikan adalah sikap jujur.

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga...” (HR. Muslim no.2607).


Kejujuran sebagai benih kebaikan, senantiasa relevan dengan aktivitas pemerintahan maupun bisnis/perdagangan. Talah dipahami bahwa dunia bisnis/perdagangan, rentan dengan perilaku curang. Lihatlah, di pasar-pasar (tradisional maupun modern) atau di berbagai tempat lainnya (misal: binsis online), di sana berlangsung transaksi jual-beli.

Baca Juga: Comeback Dramatis di Laga Derbi, MU Hajar Manchester City 2-1

Halaman:

Tags

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB