HARIAN MERAPI - Tiga hikmah penting dapat diambil oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia pasca menjalankan ibadah puasa pada Bulan Ramadhan.
Hikmah pertama, yakni bahwa Allah SWT itu ada dan apa yang diperintahkan oleh-Nya adalah benar adanya, termasuk diantaranya kewajiban berpuasa yang akan membawa setiap insan beriman mendapatkan derajat taqwa yang lebih tinggi.
Hal tersebut dipaparkan Ir Ahmad Syauqi Soeratno MM, salah satu tokoh muda Muhammadiyah, dalam suatu kesempatan yang dilaksanakan di kompleks Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), baru-baru ini.
Baca Juga: Dua Perda disahkan DPRD Temanggung usai libur lebaran 2023, Apa sih istimewanya Perda itu ?
Dijelaskan pula oleh Syauqi, perintah atau firman Allah SWT terkait puasa, yakni di QS Al Baqarah ayat 183 dengan arti sebagai berikut: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Perintah berpuasa ini sebagaimana pula yang pernah diwajibkan bagi umat terdahulu, khususnya pada zaman Nabi Muhammad SAW. Perintah puasa Ramadan disyariatkan pada tahun kedua Hijriah, tepatnya pada hari Senin tanggal 10 Sya'ban pada satu setengah tahun setelah Rasulullah SAW dan umat Islam berhijrah dari Kota Mekah ke kota Madinah.
“Hikmah kedua, yaitu perintah puasa tersebut adalah sebuah kewajiban,” ungkap Syauqi, putra dari Prof DR Siti Chamamah Soeratno (mantan Ketua Umum PP Aisyiyah).
Artinya pula, lanjut Syauqi, jika kita melalaikan atau kita sedang mendapatkan halangan, sehingga tidak bisa menjalankan ibadah puasa Ramadan, maka wajib bagi kita untuk menggantikannya pada bulan-bulan yang lain. Atau apabila karena uzur, harus diganti dengan fidyah apabila tidak mampu menjalankannya.
Sedangkan hikmah ketiga, adalah bahwa siapapun yang telah menjalankan ibadah puasa hanya karena mengharapkan ridha-NYa, maka Allah SWT akan memberikan derajat takwa yang lebih tinggi.
Ditandaskan pula oleh Syauqi, dari ketiga hikmah tersebut, kita belajar tentang betapa pentingnya memahami dan menjalankan perintah Allah dengan sepenuh hati.
“Karena, sungguh tidak mudah bagi mereka yang tidak memiliki iman untuk memahami perintah ibadah yang memerlukan daya imajinasi dan pemahaman yang sangat dalam, seperti halnya terhadap perintah beribadah puasa dan konsepsi meningkatkan derajat takwa,” tambahnya.
Sedangkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir MSi yang hadir dalam kesempatan tersebut memaparkan, untuk bisa bertoleransi dan tasamuh kepada jamaah yang melaksanakan shalat Ied pada hari berbeda.
Baca Juga: Surat Terbuka untuk Sahabatku Ganjar dan Anies: Kutitipkan Bangsa dan Negeri Ini Kepadamu!
