Jika ada patung manusia yang mirip dengan aslinya, maka orang akan berfoto dengannya, membersihkannya, mengelapnya, merawatnya.
Tapi jika sebuah jasad tanpa ruh terbujur kaku di pembaringan, maka jangankan mau berfoto, bahkan mendekat-pun, jika lebih dari dua hari orang sudah tidak akan mau.
Bahkan Istri dan anak yang katanya cinta sehidup dan semati-pun, hanya akan mengantarnya sampai ke kubur, tidak ada yang mau ikut-ikutan masuk menemani si jasad tanpa ruh.
Kemudian yang ketiga adalah TAKUT HIDUP, MATI SAJA. Ini adalah kategori terhina dari dua golongan sebelumnya.
Baca Juga: Polisi Temukan Dua Titik Ledakan Akibat Bahan Baku Petasan di Kasembon yang Tewaskan Peraciknya
Bayangkan saja, jangankan membayangkan kematian, bahkan hidup dan mengisinya dengan kebaikan saja dia ketakutan.
Padahal Allah sudah membekalinya dengan bekal yang teramat cukup untuk mengarungi kehidupan ini.
Jasad yang sehat, akal yang sempurna, anggota tubuh yang komplet, rekan hidup yang baik, dan nama yang baik pula, belum tercemar namanya.
Sungguh hanya kemiskinan ruhani saja yang membuatnya terbebani dengan semua beban kehidupan ini.
Baca Juga: Dipecat dari Karyawan Toko Modern, Pemuda Ini Nekat Kuras Brankas Rp 38 Juta
Bahkan saking miskinnya, dia tidak lagi memikirkan pertanggung jawaban semua bekal yang Allah sudah berikan kepadanya untuk mengarungi kehidupan, dan memilih untuk mengakhirinya.
Ini adalah golongan orang-orang tercela, yang bahkan kita dilarang menyolatkan jenazah orang yang matinya karena bunuh diri.
Karena dia adalah orang yang menyerah oleh keadaan, orang yang angkat tangan sebelum perang, orang yang mendendangkan irama kematian sebelum kehidupan dia jalani.
Baca Juga: Laga sengit Liga Italia, Sassuolo tundukkan AS Roma dengan skor 4-3, ini jalannya pertandingan
Perenungan terhadap falsafah ini akan memberikan kekuatan kepada kita semua untuk selalu meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT. *