Dengan cara itu, ternyata hasilnya setelah dihitung jauh lebih besar dari yang diperhitungkan.
Habib Syech mengatakan, ada yang membayar barang seharga Rp200.000 hingga Rp300.000. Namun, ada pula yang tidak membayar.
"Tapi, subhanallah setelah dikumpulkan dan dihitung-hitung hasilnya jauh lebih banyak dari yang kita perhitungkan," kata Habib Syech.
Habib Syech mengaku sebenarnya saat itu dia tidak sedang mencontoh Rasulullah. Melainkan karena masih merasa malu berdagang.
Baca Juga: Pemkot Semarang Bebaskan Denda Tunggakan Pembayaran PBB untuk Masa Pajak 2018-2022
"Sebab, saya kan habib, jadi saya tidak ingin mereka merasa terpaksa membeli karena saya habib," katanya.
Dalam siaran di kanal YouTube yang sama, Habib Syech juga menceritakan bagaimana perdagangan di zaman Rasulullah.
Dia mengatakan, ketika itu deretan toko milik sahabat Rasulullah penuh pembeli. Tapi, ada satu toko di deretan itu yang terlewat dan sepi.
Sahabat Rasulullah lalu meminta calon pembelinya untuk membeli di toko yang sepi tersebut.
Baca Juga: Waroeng Jadoel Antique Mbah Pandjang Ikut Nguri-uri Gejog Lesung Sebagai Warisan Budaya Takbenda
Habib Syech mengatakan, bahwa Rasulullah adalah contoh segalanya. Uswatun Khasanah. Tidak ada contoh yang lebih baik dari Rasulullah SAW.
Bahwa, sebagai pemimpin dan komandan, Rasulullah juga berdagang untuk mencari nafkah. Membesarkan anak-anaknya, bahkan menjahit sandalnya sendiri.
"Dan, Rasulullah selalu mendidik sahabat-sahabatnya," kata Habib Syech.
Baca Juga: Denny Sumargo Bongkar Karakteristik Perempuan: Beri dalam Jumlah Banyak!
Demikianlah sekelumit cara berdagang Rasulullah yang terbuka dan jujur. Sekiranya cara berdagang ini bisa ditiru ketika berjualan di bulan Ramadhan, yaitu berjualan dengan jujur. *