Tetapi sebaliknya, pembiaran dan pemakaian cara-cara agresif di lingkungan keluarga akan menjadikan seorang anak menjadi agresif ketika berhubungan atau menjalin kegiatan sosial dengan lingkungan sekitar.
Konflik keluarga, perceraian orang tua, sejarah keluarga tentang perilaku bermasalah
seperti narkoba atau kecanduan alkohol, keterlibatan orangtua dalam narkoba atau
kriminalitas, sikap orangtua yang memaklumi/toleran terhadap perilaku bermasalah, keluarga
besar dan orangtua yang terlalu muda, kehilangan hak sosial dan ekonomi, keluarga
berpenghasilan rendah dan perumahan kumuh merupakan kondisi keluarga yang dapat
menumbuhkan perilaku agresif anak-anak dan remaja.
Menurut Kartini Kartono, apabila keluarga menjadi berantakan disebabkan oleh perceraian atau salah satu orangtua kabur, dan hidup bersama secara tidak sah dengan partner baru, ataupun bercerai dan kawin lagi, maka muncullah runtutan kesulitan, khususnya bagi anak-anak.
Pertikaian-pertikaian antara ayah dan ibu itu mengacaukan hati anak-anak, bahkan
sering membuat mereka sangat sedih dan panik. Mereka selalu didera oleh perasaan
kerinduan dan dendam-benci terhadap orangtuanya. Anak terpaksa harus memilih satu pihak,
biasanya dengan rasa berat hati, dipaksa harus mengikuti ayah atau ibunya, berpisah dengan
anggota keluarga lainnya.
Akibat lanjutan yang muncul adalah pecahnya harmoni keluarga. Anak-anak mulai
banyak mengalami kekalutan batin. Timbullah rasa tidak aman secara emosional (emotional
insecurity). Batin mereka sangat menderita dan tertekan oleh segala ulah orangtuanya yang
dianggap tidak mapan dan tidak dewasa itu.
Muncul rasa ikut bersalah dan berdosa, kecewa, dan menyesali diri. Semuanya menimbulkan kepedihan dan kesengsaraan batin yang hebat.
Terjadilah banyak konflik batin yang serius, sehingga mereka itu pada umumnya menjadi
pasien penderita kekalutan mental, dengan satu atau dua ciri penyimpangan yang khas.Tidak
sedikit di antara mereka kemudian melakukan berbagai perilaku agresif.
Cara mengatasi agresivitas pada anak dan remaja: (1) Komunikasi yang Baik: Orang
tua dan pengasuh harus memiliki komunikasi yang baik dengan anak dan remaja untuk
memahami kebutuhan dan perasaan mereka,
(2) Pengawasan yang Ketat: Orang tua dan pengasuh harus memiliki pengawasan yang ketat untuk mencegah perilaku agresif dan memastikan keamanan anak dan remaja, (3) Pendidikan Emosional: Anak dan remaja perlu diajarkan tentang pengelolaan emosi dan keterampilan sosial untuk mengatasi stres dan konflik, dan (4) Dukungan Profesional: Jika diperlukan, anak dan remaja dapat mendapatkan dukungan profesional dari psikolog atau konselor untuk mengatasi masalah emosional dan perilaku. *
Penulis : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen FITK UIN Sunan Kalijaga,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Ketua KAPASGAMA (Keluarga Alumni Pascasarjana UGM),
Anggota Senat Sekolah Tinggi Pendidikan Islam (STPI) Bina Insan Mulia Yogyakarta