HARIAN MERAPI - Optimisme adalah sikap mental yang positif dan percaya diri dalam menghadapi masa depan.
Orang yang optimis cenderung memiliki harapan yang baik dan percaya bahwa masa depan akan
membawa kesempatan dan keberhasilan.
Beberapa manfaat dari memiliki sikap optimis dalam menatap masa depan adalah: (1) Meningkatkan motivasi: Optimisme dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai tujuan dan menghadapi tantangan,
Baca Juga: Tips biar anak tidak kencanduan screen time, terutama saat makan, simak penjelasan dokter
(2) Mengurangi stres: Optimisme dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan dalam menghadapi masa depan, dan (3) Meningkatkan kepercayaan diri: Optimisme dapat meningkatkan kepercayaan diri dan keyakinan dalam menghadapi tantangan.
Beberapa cara untuk meningkatkan optimisme dalam menatap masa depan adalah: (1) Fokus
pada hal-hal positif: Fokus pada hal-hal positif dalam hidup dan masa depan, (2) Tetapkan tujuan yang realistis: Tetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai,
(3) Belajar dari kesalahan: Belajar dari kesalahan dan pengalaman masa lalu, dan (4) Mengembangkan keterampilan: Mengembangkan keterampilan dan kemampuan untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Dengan memiliki sikap optimis, seseorang dapat menatap masa depan dengan lebih percaya diri dan positif, serta siap untuk menghadapi tantangan dan kesempatan yang ada Kitab Suci Al-Qur’an telah memberikan dorongan dan motivasi yang indah kaitannya dengan menghidupkan harapan untuk hidup optimis di masa depan; yakni:
Baca Juga: Sembilan karakter anak usia dini
Pertama, suatu hal yang tidak disukai bisa jadi menyimpan sebuah kebaikan. Begitu pula
berbagai cobaan yang terasa berat, pasti akan datang hal-hal baik yang segera diperolehnya.
Firman Allah SWT: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah; 2:216).
Kedua, setiap ujian yang diberikan Allah SWT tidak akan melampaui kesanggupan manusia.
Yakinlah kita mampu menghadapi ujian yang datang.
Firman Allah SWT: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah; 2:286).
Baca Juga: Pertanian Jadi Motor Utama, BRI Salurkan KUR Rp83,38 triliun
Ketiga, tiap kesulitan tidak akan berlangsung selamanya. Dalam tiap kesulitan yang dihadapinya, pasti akan ada kemudahan yang menyertainya. Dengan memahami bahwa di balik kesulitan ada kebaikan, seseorang dapat lebih siap untuk menghadapi tantangan dan mengubah kesulitan menjadi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.