HARIAN MERAPI - Penyakit hati adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kualitas iman, akhlak, dan perilaku seseorang. Penyakit hati dapat berupa: (1) Sifat-sifat negatif: seperti sombong, iri hati, dengki, dan kikir,
(2) Perasaan negatif: seperti marah, benci, dan dendam, dan (3) Kecenderungan negatif: seperti
cinta dunia yang berlebihan dan melupakan akhirat. Penyakit hati dapat berdampak negatif pada:kualitas
(1) Hubungan dengan Allah: dapat menghalangi seseorang untuk beribadah dan menjalankan perintah Allah, (2) Hubungan dengan orang lain: dapat menyebabkan konflik dan kerusakan hubungan dengan orang lain, dan (3) Kualitas diri: dapat mempengaruhi kualitas iman, akhlak, dan perilaku seseorang.
Baca Juga: Membangun etos kerja dalam Islam
Di dalam salah satu sabdanya, Rasulullah Muhammad SAW mengajari umatnya untuk
berlindung kepada-Nya dari delapan penyakit hati: “Dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw bersabda kepada Abu Talhah: Carilah seorang anak kecil dari milikmu untuk melayaniku (selama kepergianku ke Khaibar). Abu Talhah keluar bersamaku dengan memboncengku. Saat itu aku adalah seorang anak kecil yang hampir baligh. Aku melayani Rasulullah SAW saat beliau singgah dan aku selalu mendengar Nabi banyak berdoa: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat (jiwa) gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang, dan dikuasai manusia.” (HR. Bukhari).
Delapan penyakit hati yang dapat menjadikan seseorang patah semangat itu dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Pertama, gelisah (al-hamm). Gelisah adalah tidak tenteram, selalu merasa khawatir (tentang
suasana hati); tidak tenang (tentang tidur); tidak sabar lagi dalam menanti, dan sebagainya. Beberapa gejala gangguan cemas yang mungkin dirasakan seseorang secara psikologi di antaranya berupa:
(1) rasa khawatir atau takut berlebihan, bahkan panik, (2) tegang, perasaan tidak nyaman, merasa selalu dalam bahaya, (3) merasa gelisah atau tidak dapat duduk tenang, (4) bicara berlebihan dan cepat, dan (5) sulit konsentrasi. Hadits Nabi Muhammad SAW: “Tinggalkan dan beralihlah dari sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu lain yang tidak meragukanmu. Sungguh kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedang dusta menggelisahkannya.” (HR. Ahmad).
Kedua, kesedihan (al-hazan). Sabda Nabi SAW: “jika kamu merasa gembira karena amal
baikmu dan sedih karena amal burukmu, maka kamu beriman.” (HR At-Tirmidzi).
Firman Allah SWT: “Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu hanyalah dorongan dari setan. Supaya menjadikan hati orang beriman sedih. Padahal pembicaraan rahasia untuk menggunjing tidak akan merugikan orang beriman sedikitpun, kecuali dengan kehendak Allah. Hanya kepada Allah-lah hendaknya orang yang beriman bertawakkal.” (QS. Al-Mujadalah; 58:10).
Ada beberapa cara yang sehat untuk mengusir kesedihan agar tidak telanjur sampai menggerogoti jiwa: (1) akui kalau sedang bersedih, (2) renungkan apa yang membuat bersedih, (3) beri waktu muhasabah diri,
(4) dekatkan diri dengan Tuhan, (5) curhat dengan orang yang dipercaya, dan (6) jauhi hal-hal yang memicu kesedihan.
Baca Juga: Pisah sambut Kepala MAN 3 Sleman, Khamim Zarkasih Putro beri bekal kunci menuju kesuksesan
Ketiga, lemah (al-‘ajz). Hadits Nabi Muhammad SAW: “Mukmin yang kuat lebih baik dan
dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan.
Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan lemah. Jika tertimpa suatu musibah, jangan engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan begini begitu. Tapi ucapkan: ‘Ini ketentuan Allah. Setiap apa yang Dia kehendaki, pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan.” (HR. Muslim).