HARIAN MERAPI - Pembelajaran atau penanaman nilai-nilai dalam keluarga sangat penting untuk membentuk karakter dan perilaku anak-anak. Berikut beberapa cara untuk mengajarkan nilai-nilai dalam keluarga:
(1) orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak dengan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ingin diajarkan, (2) berkomunikasi dengan anak-anak tentang nilai-nilai yang penting dan menjelaskan mengapa nilai-nilai tersebut penting,
(3) memberikan anak-anak pengalaman langsung untuk mempraktikkan nilai-nilai yang diajarkan, (4) memberikan penghargaan dan pujian kepada anak-anak ketika mereka menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
yang diajarkan, dan
Baca Juga: Hidup sederhana
(5) menjadi konsisten dalam mengajarkan nilai-nilai dan memberikan
konsekuensi yang adil ketika anak-anak tidak menunjukkan perilaku yang sesuai.
Peran orang tua dalam pembentukan kepribadian anak adalah untuk memberi dukungan dan juga motivasi kepada anak.
Upaya orang tua dalam memberikan pola asuh guna membentuk karakter
anak yaitu dengan memberikan contoh atau menjadi tauladan yang baik kepada anak, mengajarkan anak tentang sikap religius, sopan santun, mandiri, menghormati orang lain, serta disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
Secara umum terdapat tujuh nilai yang menjadi prioritas untuk disampaikan oleh orang tua pada anak melalui pengasuhan dalam keluarga; yakni: (1) pentingnya
ibadah, (2) jujur, (3) hormat, (4) rukun, (5) disiplin positif, (6) sabar, dan (7) pencapaian prestasi.
Ketujuh nilai karakter yang harus diprioritaskan dalam pengasuhan anak, secara berturut-turut dapat diuraikan sebagai berikut:
Baca Juga: SMA Muhi siap gelar Monaco 2025, ini 21 cabang yang dilombakan untuk pelajar Indonesia
Pertama, pentingnya beribadah. Semua orang tua menyatakan pentingnya mengajarkan beribadah kepada anak-anak sesuai dengan harapan mereka, yakni melahirkan generasi yang bderiman dan bertakwa.
Untuk penanaman nilai yang seperti ini, orang tua terlebih dahulu haraus
memberikan contoh dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, barulah menasihati anak untuk melakukannya.
Nasihat tersebut juga harus diikuti dengan pemantauan dan kontrol terhadap
pelaksanaan ibadah yang dilakukan anak sewmisal shalat dan sebagainya.
Kedua, jujur. Para orang tua menyampaikan harapannya agar anak bersikap jujur melaui ketedalanan dan pemberian nasihat.
Baca Juga: Berantas judol, ini PP yang mengatur peran instansi menurut Kemkomdigi
Anak yang memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua bisa lebih teguh dalam memegang nilai kejujuran dibandingkan dengan anak yang memiliki hubungan kurang dekat apalagi bermasalah dengan orang tua.